Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. (Roma 12: 19)
POKOK PIKIRAN
Bawalah segala luka dan duka dari pengkhianatan yang dialami kepada Allah.
AYAT HAFALAN
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. (Roma 12: 19)
Mazmur 109 sering disebut disebut Mazmur Mesianik, tetapi sebagian penafsir mengkategorikan Mazmur ini sebagai “Mazmur Iskariot.” Mazmur ini mengungkapkan gambaran nubuatan tentang pengkhianatan Yudas Iskariot terhadap Yesus Kristus.
Mazmur ini menggambarkan kesaksian yang memilukan dari seorang raja yang begitu berduka dan kecewa akan sebuah pengkhianatan. Seperti Kristus yang menderita karena pengkhianatan Yudas dan penyangkalan Petrus, Daud banyak mengalami hal serupa s dalam kehidupannya. Raja Saul, diprovokasi iri hati, berusaha membunuh Daud. Absalom berusaha mengkudeta Daud, ayahnya, dan Ahitofel , salah satu penasihat dan orang kepercayaan Daud, juga sama- sama mengkhianati dan bersekongkol dengan putra Daud. Simei, dari suku Benyamin, mengutuki Daud, melempari dengan batu dan menuduh Daud ketika sang Raja melarikan diri dari istananya di Yerusalem.
Mazmur ini dimulai dengan seruan Daud yang memohon kepada Allah, “ Ya Allah, janganlah berdiam diri.” (ayat 1) Ia kemudian menggambarkan dosa-dosa musuhnya sebagai pemfitnah, pembohong, penipu (ayat 2) dan penuh kata-kata yang membenci dan menyerang (ayat 3). Daud meminta pembelaan dari Allah atas orang-orang yang berlaku tidak adil.
Berbalik dari fokus nya pada orang fasik yang adalah musuh-musuhnya dan ketidak adilan yang ia terima, Daud memohon kepada Allah untuk menjadikan ia objek belas kasihanNya (109:21). Doa dengan hati yang hancur, Daud memohon belas kasihan dan mengakui ketidak layakkanya. “Sebab sengsara dan miskin aku, dan hatiku terluka dalam diriku.” Kedukaan sang raja membuat ia menghargai keindahan kehidupan, yang melintas seperti sebuah bayang-bayang. Meskipun sebagai raja, ia telah menjadi objek olok-olok, sama seperti orang-orang mengolok-olok Yesus ketika Ia tergantung di salib. Bahkan para musuh mendekati dan menggeleng-gelengkan kepalanya. (ayat 25).
Meresponi pengkhianatan, Daud berseru kepada Allah memohon kemurahanNya, sehingga kasih setiaNya menjadi kesaksian bagi para lawannya (ayat 26-27). Ia mencoba memahaminya, ia menerima celaan dari para musuhnya, selama ia mengenal Allah, Ia akan memberkatinya (ayat 28). Mazmur ini ditutup dengan keyakinan Daud bahwa Allah akan membela dan berdiri di sebelah kanannya dan menyelamatkan dia dari orang-orang yang mengutuknya (109:30-31).
PERTANYAAN RENUNGAN
Pada saat kita dikhianati, bagaimana respon dan reaksi kita? Berusaha membalas, membela diri atau menyerahkan kepada Allah untuk bertindak.
-- Pdt. Dedy S. Ginta --