Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia. Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku. Mazmur 55: 13-14.
Tak ada hal yang lebih menyakitakan ketika dilukai dan dikhianati oleh orang-orang terdekat yang kita percaya. Pengkhianatan telah dimulai di Taman Eden. Diikuti daftar yang panjang dari mereka yang dikhianati yang dicatat di Alkitab:
- Yusuf yang dikhianati saudara-saudaranya (Kej. 37: 12-36)
- Simson yang dikhianati Delilah (Hakim Hakim 16:18)
- Nabi Yeremia yang dikhianati oleh orang-orang yang terdekat dengan dia (Yer. 12:6)
- Kitab Raja-raja dan Tawarikh yang mencatat banyak orang terbunuh karena pengkhianatan. Bukan lah hal yang tak lazim para pemimpin dikhianati.
- Daud dikhianati oleh Saul (1 Sam. 18:17) dan orang-orang sekitar.
- Paulus dikhianati juga.
- Dan ada banyak tokoh Alkitab mengalaminya.
Apa yang membuat pengkhianatan menorehkan luka?
Karena melibatkan orang yang terdekat yang kepada siapa kita percaya. Dalam Mazmur 41: 9, Daud mengadu, “Semua orang yang benci kepadaku berbisik-bisik bersama-sama tentang aku, mereka merancangkan yang jahat terhadap aku”, Yesus dalam Yohanes 13 menyebutkan salah satu murid yang akan mengkhianati Dia.
Mungkin satu kesaksian yang menghancurkan hati kita adalah apa yang kita baca dalam Mazmur 55. Sebuah pengakuan yang jujur dari seorang raja yang dikhianati oleh putranya, seorang yang lebih muda, dan orang kepercayaan Daud, Ahitofel, penasihat Daud yang lebih tua. Keduanya bersekongkol untuk menghancurkan Daud. Apa yang Daud rasakan dituliskan dalam Mazmur 55: 12-14.
Kisah pengkhianatan yang terjadi pada Yesus, yang dilakukan muridNya sendiri, adalah bagian dari rencana Allah yang besar- yaitu rencana penebusan. Telah dinubuatkan para nabi. Di kaca mata si Jahat, seakan-akan pengkhianatan itu sebagai kemenangan, namun dari kaca mata Allah, justru itu mempermalukan dan menghancurkan rencana jahat si Iblis. Diteguhkan dengan Kebangkitan Kristus yang akhirnya mengalahkan si jahat, dosa dan maut.
Pengkhianatan akan Sang Juruselamat justru membawa tamat para musuh, karena Dia tidak dikalahkan oleh rencana jahat serta para penjahat yang bermufakat, bahkan tak mampu menggagalkan rencana keselamatan Allah yang telah ada dalam nubuat. Ia mati supaya kita hidup!
POKOK PIKIRAN
Tak selamanya kisah pengkhianatan berakhir tragis, tapi membawa satu perjalanan rohani yang dalam, karena hal itu lebih dahulu dialami Sang Juruselamat.
AYAT HAFALAN
Tetapi aku berseru kepada Allah, dan Tuhan akan menyelamatkan aku. (Mazmur 55: 17)
PERTANYAAN RENUNGAN
Adakah kita masih menyimpan daftar pengkhianatan yang dialami? Buanglah itu sebagai sampah, dan daur ulanglah dalam pengampunan Allah; dan itu menjadi cerita anugerah yang bisa dibagikan.
-- Ps. Dedy S. Ginta --