“Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” (Kolose 4:20a)
Pada dasarnya tema utama dari perikop ini adalah tentang hubungan antara Kristus dengan jemaat, dengan memakai gambaran hubungan suami isteri. “Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” (ay. 32). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada prinsip-prinsip penting yang menjadi dasar hubungan suami istri dari gambaran tersebut. “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” (ay. 33)
Prinsip pertama adalah nasihat kepada isteri (5:22-24, 33). Nasihat yang diberikan kepada para isteri adalah tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan. Alasannya jelas, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Pertanyaannya adalah apa yang dimaksud dengan tunduk di sini? Tunduk tidak berarti bahwa istri berada dibawah kekuasaan suami, tetapi sebagai bagian dari penundukan diri kepada Tuhan. Dengan demikian, tunduk dapat dipahami sebagai bentuk respect atau menghargai (ay. 33a). Oleh karena itu, suami sebagai kepala bukan memerintah secara otoritatif kepada isteri. Kepala dalam konteks ini tidak fokus pada otoritas, tetapi pada “self-giving love” dari Kristus kepada jemaat dan dari suami kepada isteri. Maka benarlah yang dituliskan oleh seorang penafsir, bahwa, “Paul redefines being head as having responsibility to love, to give oneself, and to nurture.”
Pemahaman seperti ini lebih jelas lagi ketika kita melihat prinsip yang kedua, yaitu nasihat kepada para suami (5:25a, 28-29, 31, 33a). Jika yang dimaksud tunduk kepada suami adalah bentuk otoritatif suami kepada isteri, harusnya nasihat kepada suami kira-kira akan begini: “Hai suami-suami, memerintahlah atas isterimu atau kuasailah isterimu.” Faktanya, nasihat kepada suami bukan memerintah sebagai kepala melainkan mengasihi isteri sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Dengan demikian, kedua nasihat ini (kepada isteri dan suami) dilandaskan pada Kristus dan pemberian diri satu dengan yang lain. Karena itu, penafsir yang sama mangatakan, “In the final analysis, submission and agape love are synonymous.”
Nasihat Tuhan kepada suami dan isteri di atas, memiliki implikasi bagi kita hari ini. Pertama, mengorbankan diri bagi pasangan. Bukan mengorbankan pasangan demi kepentingan diri, tetapi mengorbankan diri demi kepentingan pasangan.
Kedua, menerima pasangan apa adanya. Belajarlah menerima pasangan apa adanya seperti dalam janji nikah kita, dalam keadaan suka-duka, kaya-miskin, sehat-sakit, dst. Waktu pacaran mungkin ada syarat tertentu untuk mencintai pasangan, tetapi setelah menikah harus belajar menerima pasangan apa adanya..
Pertanyaan Renungan:
1. Apakah Saudara merasa bahwa setiap anggota keluarga Saudara telah berfungsi sesuai dengan perannya masing-masing?
2. Marilah saling introspeksi diri, sebagai anggota keluarga, apakah kita sudah menjalankan peran kita dengan benar?
-- Pdt. Dedy S. Ginta --