Processing...

Wisuda


Diposting oleh | Fri, 12 Jul 2019 15:12:10



Menjadi Dokter atau Guru ada sekolahnya. Menjadi Ayah dan Ibu? Rumah adalah Universitas Keluarga, pusat pembelajaran nilai-nilai dan tradisi luhur yang kelak diwariskan dari generasi ke generasi.

Orangtua merupakan Guru utama,  dalam ilmu "ke-Ayahan dan ke-Ibuan", serta mengajarkan teori dan praktek menjadi suami dan istri.


WISUDA

Kelak anak dewasa mereka menikah. Perkawinan itulah merupakan acara "wisuda" kelulusan anak-anak kita. Mereka siap "bekerja" atau berfungsi sebagai Suami atau Istri, dan kelak menjadi orangtua bagi cucu-cucu kita.

Betapa bangganya orangtua di saat acara "wisuda" mereka, terasa istimewa. Ya, bahkan kebahagiaan itu melebihi dari saat anak lulus dari sekolah atau universitas. Saat itulah Orangtua "mempersembahkan" anak mereka kepada Tuhan lewat sebuah lembaga bernama keluarga. Memberi putra kita kepada pasangannya hidup mandiri dan membentuk keluarga sendiri, dan kelak menghasilkan anak-anak Ilahi seperti tulisan Nabi Maleakhi.

Tugas keayahan dan keibuan kita sudah selesai pada satu tahapan. Saatnya orangtua memberi anaknya kesempatan mempraktekkan ilmu yang mereka peroleh di rumah.

Oleh karena itu, Ayah/Ibu yang benar-benar  sukses "menyekolahkan" anak-anak di universitas keluarga  tidak akan ikut "ngurusin" keluarga baru ini, apalagi mengintervensi cucu mereka.

Sebab kadang, ada Ibu yang gagal jadi ibu, ingin sukses jadi nenek. Ia malah mencampuri urusan cucu, seolah itu anaknya sendiri. Atau mengintervensi mantunya, dan merasa berhak memberi perintah pada anak kandungnya (padahal sudah menikah). Ini sangat tidak patut, dan bahkan bisa merusak.


PRIORITAS

"Sekolah Keluarga" ini memang tidak mudah. Tapi istimewa dan tidak tergantikan. Untuk sekolah ini Orangtua perlu memberikan prioritas, baik wakdu maupun emosi, selain materi tentunya.  Anak butuh kehadiran kita di rumah, agar anak melihat dan merasakan peran-peran keayahan dan keibuan Anda.

Kalau Anda terlalu sibuk, berangkat pagi-pagi dan pulang malam-malam, bagaimana anak bisa melihat contoh yang baik? Akhirnya "guru" mereka berganti, bukan lagi kita tetapi malah Pembantu Rumah tangga, Supir atau Sang Nenek. Jangan heran, saat Anda pulang ke rumah melihat kelakuan dan sifat anak tidak seperti yang kita maui, sebab kita sebagai "Guru" malah sering bolos, karena kebanyakan "nyambi" alias lembur dikantor. Boleh saja kita beralasan sibuk mencari uang sekolah anak dll, tapi itu tidak berarti mengabaikan peran dan tanggungjawab utama kita sebagai Ayah dan Ibu.

Kita menemui banyak pendidik  begitu bersemangat menghasilkan lulusan siswa yang baik di sekolah, sementara tiba di rumah kehabisan energi. Akibatnya anak mereka sendiri terlantar secara emosi. Demikian juga para pengerja gereja. Begitu sibuk mengurus umat, tapi tak sempat mengurus anak dengan baik.


POHON KELUARGA

Biasanya, mereka yang tidak punya hubungan batin dengan Ayah kandung saat kanak-kanak, sulit membangun ikatan batin dengan anaknya sendiri. Mereka yang kurang mendapatkan kasih sayang, kurang didengarkan saat kecil, akan kesulitan juga mendengarkan anak dengan empati. Kecuali mereka sudah belajar ulang atau mengalami pemulihan.

Kalau ada masalah di keluarga asal maka tak mudah mengembangkan skil kesuamian dan ke-ayahan dengan maksimal. Demikian juga menjadi ayah-Ibu. Maka kita perlu memahami latar belakang pasangan kita, apakah mereka dibesarkan dalam sistem keluarga sehat dan berfungsi atau tidak.

Meski orang tua kita gagal, kita tak perlu kecil hati. Kita tak bisa berbuat banyak ke atas, tapi bisa mempengaruhi keturunan kita di bawah. Memutuskan Rantai kebiasaan yang salah dari orangtua dan membentuk nilai dan kebiasaan yang baru.

Kita perlu menyadari, proses pembelajaran di "universitas keluarga" ini paling maksimal di usia anak 0 s/d 17 tahun. Tapi paling banyak anak menyerap nilai berkeluarga adalah saat anak sebelum memasuki usia remaja, 0 s/d 12 tahun. Jadi sangat terbatas.


PENUTUP

Mari kita gunakan waktu bersama anak semaksimal mungkin. Supaya kelak mereka siap kita lepaskan bagai anak busur yang siap diluncurkan, menjadi berkat kehidupan dimana mereka berada, terutama bagi keluarga dan anak cucu kita.


Julianto Simanjuntak - LK 3

Board of Advisor Family First Indonesia

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)