Banyak orang tua yang sibuk bekerja mencari penghasilan yang layak demi anak-anak, mempersiapkan masa depan yang baik untuk anak. Sebenarnya tidak salah bila orang tua berbuah demikian, tetapi sebenarnya yang jauh lebih penting adalah orangtua mempersiapkan anak untuk menghadapi masa depannya.
Orang tua perlu selalu berusaha menempatkan diri sebagai sahabat, partner, atau mitra bagi anak agar lebih akrab, lebih dekat dan lebih memahami keinginan dan harapan anak. Hal itu yang akan menjadi upaya penting dalam rangka menyiapkan anak untuk bisa berhasil di masa depannya.
Berikut beberapa hal yang penting diperhatikan dan dilakukan oleh orang tua, yang memang rindu melihat anak-anaknya berhasil di masa depannya.
Pertama, Bersikap Kompak dengan Pasangan.
Untuk mempersiapkan anak yang sukses, suami dan istri harus kompak dalam urusan pendidikan anak. Kompak bersama pasangan akan mempermudah menyamakan visi, menyatukan persepsi, juga mendiskusikan serta mencari solusi atas berbagai problematika dalam mendidik anak.
Bisa saja terjadi beda pendapat dan pandangan, tetapi jangan sampai memperlihatkan perbedaan itu di depan anak-anak. Perbanyak waktu berdua sambil berdiskusi beberapa prinsip dan aturan dasar dalam mendidik anak. Fokuslah pada hal-hal demi kebaikan anak, bukan demi kepuasan ego pribadi suami maupun istri.
Kedua, Menerima Anak dengan Segala Potensi dan Keunikannya.
Orang tua perlu berperan menjadi sahabat anak, menerima anak dengan sepenuh hati, bagaimanapun keadaannya. Penerimaan Anda kepada mereka, akan menjadi kunci keberhasilannya.
Hirotada Ototake, seorang motivator kenamaan asal Jepang, lahir tanpa tangan dan kaki yang normal. Kaki hanya sampai lutut dan tangannya hanya sampai siku dan tanpa jari-jari. Ibunya menggambarkannya seperti boneka panda yang lucu dan menggemaskan. Keberhasilan Oto-chan, demikianlah panggilannya, adalah buah penerimaan yang tulus dari kedua orang tua terhadap kondisi dirinya yang tidak sempurna. Orang tuanya selalu memperkenalkannya kepada tetangga, kenalan, kerabat. Dia juga diperlakukan sebagai anak yang normal, serta diajari berbagai ketrampilan motorik. Akhirnya Oto-chan bertumbuh dengan rasa percaya diri yang sangat besar. Dia selalu belajar di sekolah anak-anak normal. menjalani hobi jurnalistik, fotografi, naik gunung dan memasuki klub basket. Dia selalu lulus dengan nilai yang memuaskan sampai ke perguruan tinggi. Dan kini, ia menjadi motivator, bahkan motivator kelas dunia, meski dengan keadaan fisik yang terbatas. Tulisannya "Gotai Fumanzoku" menjadi best seller Jepang di tahun 1998, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris "No One's Perfect", dan bahkan kini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia.
Ketiga, Mendidik dengan Nilai-Nilai yang Benar, dan Mendasari dengan Cinta Kasih
DR. James Dobson, seorang penulis buku dan pembicara keluarga yang terkemuka, berpendapat meskipun anak-anak akhirnya akan membuat pilihan mereka sendiri dan menentukan arah kehidupan mereka, tetapi keputusan-keputusan itu akan dipengaruhi oleh dasar-dasar yang telah diletakkan oleh orangtuanya. Sejak dini, anak-anak perlu dididik dan ditanamkan nilai-nilai kebenaran, dan juga mengalami cinta kasih tanpa syarat dari orang tuanya.
Ketika anak berbuat salah, tegurlah dengan bijak. Jika perlu, berikan hukuman yang bersifat mendidik. Jangan mengekspresikan kemarahan berlebihan yang akan membuatnya tertekan dan merasa direndahkan. Sebaliknya, berikan pujian dan penghargaan untuk setiap keberhasilan yang diraihnya agar ia merasa diterima, dihargai, dicintai dan membuatnya lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi.
Keempat, Menjadi Pendengar yang Baik untuk Anak
Jadilah pendengar yang baik untuk anak-anak, sehingga mereka merasa dihargai dan dicintai. Selalu siap mendengarkan keluhan dan cerita anak-anak, serta berikan respon yang positif saat anak-anak bercerita atau tengah curhat, karena dengan respon itu membuat mereka mengerti bahwa Anda tengah memperhatikan pembicaraannya. Bisa juga Anda mengajukan berbagai pertanyaan ringan seputar ceritanya, namun jangan sampai membuat mereka merasa diinterogasi dan tidak nyaman. Berikan pendapat yang bisa dimengerti sebagai anak-anak. Namun, jangan meluapkan emosi dan kemarahan saat Anda merasa mereka telah melakukan kesalahan.
Kelima, Melibatkan Diri dalam Kegiatan Anak
Orang tua perlu menyelami dunia anak-anak. Dengan menemani dan mendampingi anak bermain dan belajar, orang tua akan paham kebiasaan serta karakter anak. Cermati apa yang mereka lakukan saat bermain, menonton, atau belajar. Perhatikan kreativitasnya dari aktivitas keseharian baik di rumah maupun di sekolah. Orang tua juga mampu memahami kondisi anak, mengerti situasi hati anak, mengerti hal-hal yang disenangi serta tidak disenangi anak, serta mengerti "cara memasuki hatinya".
Keenam, Memberikan Kepercayaan terhadap Anak
Sebagai sahabat anak, orang tua perlu memberikan kepercayaan kepada anak untuk mencoba melakukan sendiri hal-hal yang ingin dilakukannya, selama tidak membahayakan dirinya dan orang lain. Cara ini akan menumbuhkan kepercayaan diri anak, membuatnya tidak selalu bergantung kepada orang lain, merasa dihargai dan bisa mandiri.
Yang diperlukan adalah sebuah kepercayaan timbal balik antara orang tua dengan anak. Kepercayaan orang tua tidak disalahgunakan oleh anak, sebaliknya orang tua juga bisa dipercaya oleh anak.
Ketujuh, Menjadi Teladan bagi Anak.
Menurut Dr. Charles Schaefer, anak-anak cenderung meniru orang-orang lain, yaitu orang yang mereka kagumi dan hormati serta orang-orang yang mereka sayangi. Bisa saja ini berupa tokoh masyarakat dan pahlawan dari cerita yang mereka baca atau ketahui. Namun teladan yang terbaik (seharusnya) adalah orang tuanya.
Sebagai sahabat anak , orang tua perlu memberikan nasehat secara bijak untuk mengarahkan anak menuju kebaikan. Nasehat kebaikan itu baru memiliki makna dan diterima anak, apabila mereka mengetahui orang tua memang layak menjadi teladan dalam kebaikan. Anak-anak akan merasa nyaman ketika memiliki orang tua yang bisa ditiru dan dicontoh. Sebaliknya saat orang tua tidak bisa menjadi teladan yang baik, membuat anak-anak mudah putus asa dan tidak memiliki seseorang untuk dipercaya.
Karena itulah sangat penting bagi orang tua untuk selalu berusaha memberikan keteladanan dalam kebaikan, karena apapun yang dilakukan orang tua akan selalu menjadi inspirasi bagi anak-anak.
Selain ketujuh hal di atas, yang tidak kalah pentingnya adalah :
1. Kesuksesan anak BUKAN satu-satunya tujuan hidup dan kunci kebahagiaan orang tua. Jangan pernah menjadikan anak sebagai 'trofi' atau 'medali' keberhasilan, yang bisa dipamer-pamerkan atau dibangga-banggakan kepada orang lain.
2. Orang tua perlu menyadari bahwa anak bukanlah "alat" untuk mencapai impian atau keberhasilan orang tua. Alasan "saya yang paling kenal anak saya, jadi saya yang paling tahu apa yang paling baik untuknya", bukanlah alasan untuk orang tua 'memprogram' atau 'menyetir' anak untuk menjalani jalan kehidupan yang sesuai kemauan orang tua. Tugas orang tua adalah membantu anak menemukan apa bakat dan talentanya, apa tujuan hidup yang perlu dicapai seperti yang TUHAN kehendaki, dan tolong mereka untuk bisa menjalaninya.