Meski belum ada kepastian, namun banyak orang berharap bahwa masa PSBB yang belum lama ini diperpanjang adalah masa yang tepat secara psikologis bagi orangtua, untuk lebih banyak berbagi waktu dengan anak. Meskipun kita membatasi interaksi dengan orang lain secara fisik, sebenarnya situasi ini menjadi kesempatan emas bagi kita untuk melakukan interaksi fisik dan psikologis di rumah. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kualitas hubungan antar anggota keluarga jika dilakukan dengan cara dan aktivitas yang positif.
Apa saja yang orangtua bisa lakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi new normal yang akan tejadi?
Pertama, orangtua memberi lebih banyak waktu untuk menerapkan pola asuh yang lebih positif dengan memberi waktu dan perhatian lebih banyak. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah melakukan pendampingan anak yang sedang belajar secara daring. Pola asuh positif artinya orangtua memberikan dukungan, dorongan, dan pendekatan pada anak secara positif, dengan memberi penjelasan atau alasan tentang perilaku yang diinginkan dan yang kurang baik, memandang perbedaan anak dalam berproses belajar, sehingga orangtua dapat bersikap lebih sabar. Selain itu, mendengarkan anak dan memberi kesempatan bagi anak untuk mengembangkan diri dengan caranya sendiri, dan percaya pada anak bahwa ia mampu mandiri dan bertanggungjawab.
Kedua, lakukan bersama hal-hal kreatif di rumah seperti bermain, menanam, main musik/nyanyi bersama, memasak, mencuci mobil. Kegiatan bersama seperti ini juga akan mengajarkan nilai lebih bagi anak yaitu kebersamaan, kesabaran, dan tanggung jawab.
Ketiga, biarkan anak untuk melihat perubahan dan lebih merasakan kedekatan dengan orangtua. Saling mengenal satu sama lain dalam satu rumah selama beberapa hari akan meningkatkan kelekatan antar anggota keluarga. Buatlah ritual baru seperti bermain bersama setiap sore, olahraga pagi bersama, ayah dan ibu bergantian memiliki waktu berkualitas beraktivitas baru bersama anak.
Keempat, ayah dan ibu lebih merasakan dan menghayati perannya di rumah. Sebelum pandemi mungkin tidak pernah ada waktu untuk menemani belajar, bermain bersama, memasak untuk suami dan anak, membereskan rumah, membantu istri, memperbaiki rumah dan lainnya. Biasanya pasangan sibuk bekerja, sudah lelah sampai rumah dan tidak memiliki energi lebih untuk memaknai peran masing-masing dalam keluarga.
Kelima, pasangan suami istri lebih membiasakan diri untuk menampilkan diri lebih positif. Jika keduanya bersedia berubah menjadi lebih baik, maka pasutri akan membuahkan relasi suami-istri yang lebih harmonis. Saling membantu pekerjaan rumah, saling memberikan apresiasi atau pujian ketika dibantu atau sekedar bercengkerama di rumah.
Keenam, beribadah bersama di rumah. Karena ibadah di tempat umum ditutup sementara, maka dengan ibadah bersama di rumah selain kualitas relasi akan semakin erat dan bermakna, maka orangtua bisa punya banyak kesempatan mengajarkan nilai spiritualitas lebih dalam bagi mereka sendiri dan anak-anak untuk memberikan ketenangan batin dalam kondisi tidak menentu seperti ini.
Ketujuh, orangtua juga makin sering memberi edukasi kesehatan bagi anak dari mulai kebiasaan mencuci tangan, memperhatikan kebersihan diri, dan pastinya membangun mental dan budaya bersih yang positif bagi anak. Kebiasaan positif ini akan sangat baik dimiliki setelah PSBB ini berakhir. Selain itu relasi dan interaksi positif ini dapat mengurangi stres yang dialami dan memampukan kita membangun imunitas alias kekebalan tubuh.
Mari, meski dalam situasi yang serba terbatas, kita tetap dapat mengusahakan hal terbaik bagi keluarga kita...