Processing...

POLA ASUH BAGAI HELIKOPTER – GAYA PENGASUHAN YANG BERLEBIHAN YANG DAPAT MERUSAK KEPRIBADIAN ANAK


Diposting oleh | Wed, 27 Apr 2022 13:08:39




Apakah Anda pernah memutuskan sesuatu untuk anak tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengannya? Hal ini merupakan tanda-tanda dari pola asuh bagaikan helikopter, lho. Apa sih pola asuh bagaikan helikopter itu?

Istilah ini pertama kali digunakan oleh dr. Haim Ginott dalam buku berjudul “Parents & Teenagers”. Pola asuh bagaikan helikopter merupakan gaya mengasuh dengan orang tua yang terlalu fokus terhadap anaknya. Mereka terlalu mengatur atau ikut campur terhadap pengalaman anaknya, terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan kesuksesan dan kegagalan anak.

Dr. Ann Dunnewold Ph.D, seorang psikolog sekaligus penulis, menyebut pola asuh bagaikan helikopter juga sebagai overparenting. Artinya, orang tua terlibat dalam kehidupan anak-anaknya, namun dengan cara yang berlebihan, seperti terlalu mengontrol, terlalu melindungi, dan selalu menuntut anaknya untuk sempurna.


Ciri-ciri Pola asuh bagaikan helikopter

 

1. Pada tahap balita: Selalu menjaga ketat anaknya saat bermain

Perlu diingat, bahwa pola asuh bagaikan helikopter tak hanya berlaku untuk orang tua yang memiliki anak kecil, melainkan juga orang tua yang memiliki anak remaja atau bahkan dewasa. Pada tahap balita, pola asuh bagaikan helikopter mulai terlihat saat orang tua terlalu ketat menjaga anak saat bermain. Orang tua tidak membiarkan anak disentuh orang lain, tidak membiarkan anak bermain sesuatu yang baru, terlalu takut anak terluka saat bermain, mengarahkan perilaku anak, dan tidak membiarkan anak punya waktu sendiri.


2. Pada usia sekolah hingga kuliah: Membuat keputusan untuk anak

Pada tahap ini, pola asuh bagaikan helikopter biasanya berinisiatif untuk membuat keputusan bagi hidup anak tanpa mempertimbangkan pendapat anak. Misalnya, mendaftarkan anak ke kursus atau kegiatan yang belum tentu sesuai dengan minat anak. Selain itu, perilaku pola asuh bagaikan helikopter juga terlihat jika orang tua mulai mengatur dengan siapa anak boleh berteman hingga mengatur kegiatan anak.


3. Sangat peduli pada bidang akademik anak, tapi terlalu berlebihan.

Sebagian besar orang tua yang melakukan pola asuh bagaikan helikopter menaruh perhatian lebih pada bidang akademik anak. Misalnya, anak harus selalu berada di ranking pertama dan orang tua akan protes kepada guru jika anak mendapat nilai jelek.

Jika anak sudah terbiasa dengan gaya pola asuh bagaikan helikopter sejak kecil, anak menjadi tidak memiliki kuasa untuk membuat keputusan sendiri dan melawan keputusan orang tua. Dengan begitu, sebagian besar pilihan anak dibuat oleh orang tua. Pola ini bisa terus berlanjut di usia dewasa, pada bidang pekerjaan hingga pasangan hidup anak.


Dampak Pola asuh bagaikan helikopter pada Anak


1. Kurang percaya diri

Pola asuh bagaikan helikopter biasanya diawali dengan tujuan yang baik, namun akhirnya bisa berdampak buruk bagi anak. Anak yang dibesarkan dengan helicopter parent berpotensi memiliki rasa kepercayaan diri yang rendah karena tidak terbiasa membuat keputusan sendiri. Anak juga bisa merasa orang tuanya tidak percaya pada diri mereka.


2. Tidak punya kemampuan untuk menghadapi masalah

Kemampuan anak dalam menghadapi masalah juga tidak berkembang karena selalu ada orang tua yang memastikan segalanya baik-baik saja. Kehidupannya juga selalu bebas dari masalah dan kegagalan, sehingga anak tidak tahu bagaimana cara menghadapi kesedihan ataupun kegagalan dalam hidupnya.


3. Anak memiliki tingkat kecemasan dan depresi tinggi

Penelitian dari University of Mary Washington menunjukkan bahwa anak-anak dengan pola asuh bagaikan helikopter ternyata memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi.


4. Kemampuan dasar anak berkurang

Kemampuan dasar anak untuk melakukan hal-hal dasar sehari-hari pun menjadi berkurang karena sudah terbiasa diurus oleh orang tua, seperti mengemas barangnya sendiri.


5. Anak tidak terbiasa dalam menghadapi tekanan

Kegagalan, tantangan dan tekanan adalah hal yang berguna bagi anak agar bisa berkembang dan mempelajari kemampuan baru. Anak harus dibiasakan sejak kecil untuk menghadapi semuanya sendiri agar kekuatan mentalnya terasah sejak dini. Jika anak terbiasa memiliki orang tua yang mengatur semuanya, anak akan kaget dan menjadi cenderung cepat menyerah saat menemui permasalahan di masa dewasanya kelak.


Penyebab pola asuh helikopter

Apakah yang menyebabkan orang tua menerapkan pola asuh helikopter?

Umumnya, pola asuh yang satu ini dianut oleh orang tua yang merasa ketakutan apabila anaknya mendapatkan hasil yang buruk. Contohnya, nilai sekolah yang buruk, tidak dapat bekerja dalam kelompok tertentu, atau tidak mendapatkan pekerjaan di masa depan.

Hal-hal tersebut dianggap menyeramkan bagi para orang tua, terlebih apabila mereka berpikir bahwa hal-hal itu dapat diubah dengan campur tangan mereka sebagai orang tua.

Namun, terkadang sebagian orang tua melupakan bahwa hal-hal, seperti ketidak-bahagiaan, perjuangan, dan ketidak-sempurnaan, adalah penting untuk dipelajari anak dalam kehidupan.

Kekuatiran orang tua akan ekonomi, lapangan pekerjaan, dan dunia secara umum dapat mendorong orang tua untuk lebih cenderung mengatur anak. Dengan melakukan aneka ‘perhatian’ tersebut, orang tua berharap dapat menghindarkan anak disakiti atau dikecewakan.

Orang tua yang pada masa kecilnya merasa tidak mendapatkan cukup perhatian akan cenderung melimpahkan segala perhatiannya pada sang anak. Mereka berharap anak tidak merasakan apa yang dialami oleh orang tuanya saat kecil.


Ini yang Harus Anda Lakukan untuk Menghentikan Pola Asuh bagai Helikopter

Biasakan sejak kecil, anak dapat menghadapi tantangan dan kegagalan sendiri agar kekuatan mentalnya terbangun sejak kecil. Jika terbiasa dengan orang tua yang mengatur semuanya untuk membuat segalanya mudah bagi anak, anak akan kaget ketika menemui permasalahan di masa dewasanya kelak. Karena, kegagalan dan tantangan adalah hal yang penting bagi anak untuk bisa berkembang dan mempelajari kemampuan baru.

Membiarkan anak berusaha sendiri. Biarkan anak mengetahui rasanya kecewa. Ketika anak sedang gagal atau dalam masalah, bantu mereka menghadapinya tanpa membuat keputusan besar atau melakukan sesuatu di luar kehendak anak.

Ajarkan dan biarkan anak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa ia lakukan agar kelak ia bisa mandiri. Dengan partisipasi orang tua yang tepat dalam mendidik anak, maka akan terbentuk anak dengan kepribadian yang percaya diri dan dapat diandalkan.


Penutup

Sebagai orang tua, tentunya Anda ingin selalu melindungi dan mengawasi anak agar tidak ada hal buruk yang terjadi padanya. Namun, jangan sampai upaya ini memberikan pengaruh negatif dan terlalu berlebihan hingga mengarah ke pola asuh bagaikan helikopter. Biarkan anak melakukan pekerjaan yang bisa mereka lakukan agar bisa mandiri. Dengan partisipasi orang tua yang tepat dalam mendidik anak, maka anak akan terbentuk dengan kepribadian percaya diri dan dapat diandalkan.

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)