Pendahuluan
Dara muda, daranya para remaja…
Familiar dengan lirik lagu tersebut? Lagu tersebut hendak menggambarkan bagaimana masa muda dipenuhi dengan gemerlap pergaulan yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan teknologi. Perkembangan tersebut sering dipandang sebagai suatu kelebihan karena memberikan berbagai kemudahan. Padahal, dampak buruk dari suatu perkembangan adalah sebuah keniscayaan. Semua menjadi serba instan. Teknologi komunikasi mendekatkan yang jauh, namun juga menjauhkan yang dekat. Jika dulu para murid mencatat apa yang guru tulis di papan tulis, sekarang murid-murid lebih memilih untuk menggunakan kamera handphone agar tak perlu berlelah mencatat.
Dengan semua kemudahan yang dijabarkan tadi, kaum muda saat ini – meskipun tidak semua kaum muda – cenderung terlalu menikmatinya sehingga melupakan apa yang artinya perjuangan, pergumulan, atau berusaha. Apa akibatnya? Kaum muda tanpa sadar mulai tidak memahami dirinya sendiri karena segala sesuatu telah tersedia. Di lain sisi, kaum muda pun cenderung mudah menyerah jika tidak memiliki sesuatu yang kaum muda lainnya miliki. Padahal, dengan memahami dirinya, kaum muda dapat mengatasi segala kelemahan atau tantangan di sekitarnya dengan mengenal dan meningkatkan potensi dan kesempatan yang dimiliki. Kali ini, kaum muda diajak untuk mengenali dan memahami dirinya, yaitu untuk meningkatkan potensi diri dan mengatasi kelemahan diri.
Belajar dari Yosia
Arti nama Yosia (bahasa Ibrani: ָּיהּו ִׁש ֹא י, Yoshiyahu; bahasa Yunani: Ιωσιας, Yosias) berarti “TUHAN menopang”. Raja Yosia merupakan salah satu raja yang berpengaruh yang tercatat di Alkitab.
Berikut adalah beberapa fakta tentang Raja Yosia:
Ayah : Amon
Ibu : Yedida
Istri : Hamutal dan Zebida
Anak laki-laki : Yohanan, Yoyakim, Zedekia dan Yoahas yang disebut juga Salum
Namanya disebut : 51 kali
Tempat kelahiran : Yerusalem
Tempat kematian : Di medan pertempuran di Megido
Keadaan kematian : Ia dibunuh di dalam peperangan oleh orang Mesir
Fakta penting : IA ADALAH RAJA TERBAIK DAN RAJA TERAKHIR YANG SELAMAT DARI KERAJAAN YEHUDA
Jika pada usia 8 tahun kita sedang asyik bermain dan belajar di SD, Yosia justru sudah mulai memerintah sebagai raja Yehuda, Israel Selatan . Apa saja kiprah Raja Yosia sehingga ia dicatat sebagai raja yang berpengaruh?
Usia | Kiprah |
8 Tahun | Menjadi Raja, menggantikan ayahnya, Amon (anak Manasye) |
16 Tahun (tahun ke-8 pemerintahannya) | Mulai mencari Allah |
20 Tahun (tahun ke-12 pemerintahannya) | Menyucikan Yehuda dari berbagai symbol dan media berhala |
26 Tahun (tahun ke-18 pemerintahannya) | Meminta petunjuk kepada Tuhan, berjanji untuk hidup mengikuti Tuhan, menghancurkan segala berhala, Paskah kembali dirayakan bagi Tuhan di Yerusalem |
39 Tahun | Tutup usia |
Sejak usia yang masih sangat belia, Yosia telah berhasil memenangkan hati Tuhan dan rakyat. Saat itu, Yosia diangkat menjadi raja saat Israel berada dalam bayang-bayang Asyur (Israel Utara telah jatuh ke tangan Asyur) yang memengaruhi tata cara peribadatan di sana, yaitu dengan menyembah berhala. Namun Yosia selama pemerintahannya didampingi oleh imam-imam yang turut berperan dalam karyanya memperbarui Israel. Dan pembaruan itu dimulai dari dirinya sendiri. Ia sejak usia 16 tahun telah memutuskan untuk meninggalkan dewa bangsa Asyur, memusnahkan segala hal yang menyangkut berhala, dan mulai merenovasi Bait Allah.
Analisis Diri
Pada usia yang masih sangat muda, Yosia bukan remaja-pemuda yang tanpa kegalauan. Ia yang seharusnya masih dapat menikmati waktu bermain, justru sudah bergelut dengan masalah kenegaraan, bahkan sisa-sisa penjajahan. Tapi raja yang sangat muda ini berhasil mengatasi segala kebimbangannya dan tetap mengandalkan Tuhan, bahkan dikenang sebagai raja yang paling berpengaruh.
Kita pun sebagai kaum muda dapat menjadi seorang pemimpin yang baik dengan mengenali diri kita sendiri. Bagaimana caranya?
1. Strength Weakness Opportunity Threat alias SWOT
- Apa kekuatan atau kelebihan yang kamu miliki?
- Apa kelemahan atau kekurangan yang kamu miliki?
- Kesempatan apa yang ada di sekitarmu?
- Tantangan apa yang harus kamu hadapi?
Kenali SWOT yang kamu miliki. Maksimalkan potensi dalam dirimu untuk memperbaiki kekuranganmu. Manfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk meminimalisasi tantangan yang menghambatmu.
2. Asset Based Thinking (ABT) vs Deficit Based Thinking (DBT)
Asset Based Thinking | Deficit Based Thinking |
Positive Thinking | Negative Thinking |
Fokus pada kekuatan, potensi, dan kesempatan | Fokus pada masalah, kekurangan, hambatan |
“Saya belum bisa mengatasinya.” | “Saya ga bisa mengatasinya.” |
“Ini benar-benar menantang saya berpikir. I can do it!” | “Ya ampun, ini masalah berat banget! It’s wasting my time!” |
“Yang buang sampah sembarangan ini pasti ga tahu kalau sampah ini bisa didaur ulang. Ya udahlah, saya aja yang daur ulang! ” | “Yaelah, siapa sih yang buang sampah sembarangan begini di sini? Bau banget tau!! Itu orang ga sekolah apa ya? Pasti hidupnya penuh dengan sampah.” |
Pola pikir kita akan mempengaruhi tindak tanduk kita. Sebab itu, kita perlu belajar untuk mengendalikan pikiran kita karena dapat membantu kita bertindak lebih bijak dan mengurangi potensi konflik. So, apakah kamu mau menjadi seperti Yosia yang berserah untuk Tuhan pakai semua potensi dalam dirinya untuk memimpin di usia muda?
Equivalent Pangasi, MPsi.
Office Manager Family First Indonesia