Processing...

Mewujudkan Pernikahan yang Langgeng


Diposting oleh | Wed, 28 Aug 2019 14:49:33



Setiap pasangan memulai pernikahan mereka dengan harapan. Tentunya harapan bahwa pernikahan mereka akan membawa kebahagiaan yang luar biasa seumur hidup mereka. Tetapi pernikahan yang bahagia tidak terjadi begitu saja. Di samping impian dan cinta, dibutuhkan kerja keras dan usaha untuk membangun, mempertahankan, dan mengisi pernikahan yang bahagia.

Secara keseluruhan, dari 2013 sampai 2015 kemarin memang ada peningkatan kasus perkara perceraian. Pada 2013, angka perceraian di Indonesia berjumlah 319.066, lalu naik pada 2014 menjadi 336.769, dan naik kembali pada 2015 menjadi 349.774. Sementara, hingga September 2016, total angka perceraian di Indonesia sudah mencapai 153.550. (www.republika.co.id)

Tuhan tidak pernah menghendaki perceraian, dalam Kitab Suci pun dituliskan bahwa Tuhan membenci perceraian. Bila terjadi perceraian, yang menjadi korban tidak hanya pasangan yang bersangkutan, namun anak-anak juga menjadi korban. Mereka terluka secara batin, merasa tidak aman dan seringkali tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya. Dalam sebuah survei di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar, 30 persen anak pelaku kejahatan di penjara itu latar belakang keluarganya broken home.

Penelitian Brigham Young University tentang pernikahan semakin menguatkan survery tersebut. Penelitian tersebut membuktikan: pasangan yang berada dalam pernikahan yang baik cenderung (secara rata-rata) hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih bahagia daripada mereka yang tidak menikah atau yang tidak bahagia dalam pernikahan mereka. Keuangan mereka juga lebih baik, daya tahan terhadap stress lebih baik, dan mereka bisa menjadi orang tua yang lebih baik lagi.  Bisa dibayangkan bagaimana dampaknya bagi sebuah gereja, apalagi sebuah bangsa, bila calon pemimpin masa depannya dibesarkan dalam pernikahan yang tidak utuh.

Padahal TUHAN lah yang menciptakan lembaga pernikahan, dan semua ciptaan TUHAN itu pasti baik adanya. Sehingga bila sebuah pernikahan gagal, bukan lembaga pernikahannya yang gagal, melainkan manusia pembentuknya, suami dan istri, itulah yang mengalami kegagalan. Gagal melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Gagal menjaga pikiran dan lidahnya, sehingga kata-kata yang saling menyakitkan terucap. Gagal menjaga komitmen saling setia dan saling mengasihi serta saling melayani, yang mereka ucapkan di hadapan jemaat, hamba TUHAN termasuk TUHAN sendiri.  

Karena itulah penting bagi pasangan suami istri untuk diperlengkapi dengan pengetahuan dan cara-cara yang praktis bagaimana tidak hanya membangun, tapi yang lebih penting lagi mempertahankan sebuah pernikahan.

Apa saja yang perlu diperhatikan bagi pasangan untuk menjaga komitmen pernikahan mereka? 

1. Segarkan pernikahan Anda secara berkala. Ibarat kendaraan bermotor perlu secara rutin dicek dan di-tune up, demikian juga pernikahan Anda. Kencan yang teratur, liburan berdua, termasuk mengikuti kegiatan seminar dan retreat pernikahan bisa menjadi cara-cara praktis untuk melakukannya. Tentu saja saat mengikuti kegiatan atau program tersebut, Anda benar-benar harus fokus kepada pasangan Anda, dan jangan 'kotori' dengan pekerjaan atau meeting bisnis Anda. 

2. Tentukan dan sepakati tujuan dan nilai dalam keluarga. Banyak perusahaan yang berhasil karena mereka memiliki visi dan nilai yang jelas dan dihidupi; sementara di sisi lain perusahaan yang tidak punya visi dan nilai yang jelas bisa kandas menghadapi persaingan bisnis. Diskusikan dengan istri, lalu minta juga pertimbangan anak-anak Anda yang telah remaja untuk menyusun tujuan/visi dan nilai-nilai keluarga. Setelah disepakati, cetak dan bingkai dengan rapih, dan tempatkan di tempat-tempat tertentu di rumah Anda agar setiap anggota bisa melihat dan diingatkan kembali. 

3. Hargai dan hormati perbedaan yang ada. Pada dasarnya TUHAN menciptakan pria dan wanita dengan segala perbedaan dan keunikannya. Belum lagi perbedaan yang dikarenakan pola asuh orangtua, latar belakang pendidikan, beda budaya, dan sebagainya. Pernikahan yang tetap sehat dan berfungsi tidak akan berfokus pada perbedaan bahkan kemudian mengubah pasangan agar menjadi seperti yang Anda mau, tapi terima perbedaan itu, sepakati cara untuk menjembataninya, dan nikmati hidup dalam keberagaman dengan tetap mengedepankan sikap saling menghormati dan menghargai. Namun jika ada sifat, pola pikir, kebiasaan yang melanggar nilai-nilai kebenaran dan norma yang berlaku,  maka pasangan perlu bicara dari hati ke hati hingga ada kesadaran bahwa perubahan ke arah yang lebih benar dan lebih baik perlu dilakukan, terjadi pertobatan dan komitmen untuk berubah Pasangan juga perlu saling mendukung hingga terwujudnya komitmen perubahan itu. 

4.  Sepakati hal-hal yang krusial dan esensial, fleksibel untuk hal yang lainnya.  Masih berkaitan dengan perbedaan antara suami-istri, dari waktu ke waktu pasangan perlu mensepakati nilai-nilai dan prinsip yang penting. Misalnya masalah kerohanian (doa bersama, ibadah bersama), tentang kejujuran dan keterbukaan, kebenaran sesuai Kitab Suci, prinsip kekudusan pernikahan, dan sebagainya. Namun untuk soal-soal seperti: selera makan, selera berpakaian, destinasi liburan, hobby, dan lainnya, bersikaplah fleksibel. Hargai perbedaan yang ada, dan bila erasa mengganggu, diskusikan langkah-langkah untuk menjembataninya. 

5. Fokus pada perbuatan, bukan kepada orangnya.  Sama halnya seperti kita, pasangan kita bukanlah pribadi yang sempurna. Bila ada perbuatannya yang mengganggu bahkan melukai Anda, biasakan untuk membicarakannya 4 mata. Hindari menegurnya di depan orang lain, apalagi di depan anak-anak. Dan sebutkan dengan jelas apa perbuatannya yang mengganggu Anda, dan apa harapan Anda baginya. Kata-kata seperti "kamu itu selalu...."; "dasar memang kamu itu...."; "dari orangtuamu, bahkan dari pendahulumu, sampai ke kamu semuanya sama.... dasar memang kalian..!!"; adalah sebagian dari contoh kata-kata yang cenderung menyerang kepada pribadi, tanpa menunjukkan perbuatan/perilaku yang mana yang mengganggu Anda dan Anda harap pasangan Anda merubahnya. Beri kesempatan kepada pasangan untuk menjelaskan mengapa dia sampai mengucapkan kata-kata atau melakukan perbuatan yang mengganggu Anda. Meski Anda memahami medngapa hal itu terjadi, tapi sampaikan juga betapa hal itu sudah mengganggu bahkan melukai Anda, meskipun demikian Anda sudah mengampuninya dan percaya ia tidak akan mengulanginya lagi.  

6. Saling mengampuni, dan beri kesempatan untuk berubah serta hargai setiap langkah perubahannya.  Pengampunan bukan membebaskan orang yang menyakiti Anda, tetapi justru memerdekakan Anda..! Betapapun sakitnya, putuskan untuk mengampuni dan tetap mengasihi pasangan yang sudah melukai Anda. Bukankah TUHAN sendiri juga melakukannya kepada kita...? TUHAN juga tetap sabar dan setia kepada kita, meski dalam upaya pertobatan dan perubahan kita, kadang kita masih bisa melakukan kesalahan lagi. Dermikian juga pasangan Anda. Apalagi bila ia harus merubah kebiassaan, sikap hati, pola pikir, yang sudah terbentuk puluhan tahun. Beri dia 'ruang' untuk berubah, dan mengertilah saat dalam upaya perubahannya kadang pasangan Anda masih bisa melakukan kesalahan. Sebaliknya berilah dukungan, kata-kata pujian yang tulus dan menguatkan, ketika Anda melihat upayanya untuk berubah, sekecil apapun perubahannya. 


Perjuangan untuk mempertahankan pernikahan sampai maut memisahkan memang tidak mudah, dan kadang "harga yang harus dibayar" cukup besar. Namun percayalah, pernikahan itu layak untuk diperjuangkan, dan setiap 'investasi' yang Anda berikan ke dalam pernikahan Anda akan berbuah yang manis tidak hanya bagi Anda dan pasangan, tapi juga bagi anak, cucu, dan generasi berikutnya.... 

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)