Processing...

MENJAGA KESEHATAN ANAK DI MASA PPKM DARURAT


Diposting oleh | Fri, 23 Jul 2021 12:33:19

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan gangguan besar dalam kehidupan sehari-hari anak mulai dari bagaimana mereka bermain hingga belajar. Anak-anak harus beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh dalam waktu yang cukup lama. Penutupan sekolah selama masa pandemi bukan hanya berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran tapi juga kesehatan mental anak. Sebab, sekolah tak hanya tempat anak belajar tapi juga tempat mereka bersosialisasi dan berkembang secara emosional.


Menjadi sehat secara mental selama masa anak-anak berarti mencapai perkembangan emosional serta mempelajari keterampilan sosial yang sehat. Anak yang sehat secara mental memiliki kualitas hidup yang positif dan dapat beradaptasi dengan baik di rumah, di sekolah, dan di komunitasnya.

Gangguan kesehatan mental pada anak-anak umumnya didefinisikan sebagai keterlambatan atau gangguan dalam mengembangkan pemikiran, perilaku, keterampilan sosial, atau pengaturan emosi yang sesuai dengan usia mereka. Masalah-masalah ini membuat stres anak-anak dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dengan baik di rumah, di sekolah, atau dalam situasi sosial lain.

Untuk menjaga kesehatan mental anak selama masa pandemi dan pembelajaran jarak jauh, orang tua bisa mengikuti rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam mengenali dan mencegah stres pada anak selama masa pandemi.


Tanda stres pada anak selama pandemi COVID-19

  • Perubahan perilaku atau gestur yang tidak biasanya.
  • Emosi tidak stabil seperti mudah marah, mudah menangis.
  • Tidak bisa tenang.
  • Cemas berlebihan.
  • Tampak murung.
  • Tampak sedih berlebihan.
  • Menarik diri dari lingkungan.
  • Kehilangan kepercayaan diri.
  • Mudah putus asa.
  • Lengket berlebihan pada pengasuh/orang tua.
  • Gangguan tidur baik itu sulit tertidur, sering terbangun, sulit tidur setelah terbangun, atau mimpi buruk.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Nafsu makan menurun.
  • Ngompol, pada anak yang sudah tidak biasanya ngompol.


Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah stres pada anak selama masa PPKM Darurat akibat pandemi COVID-19:

  • Beri anak lebih banyak perhatian selama masa pandemi COVID-19.
  • Lebih sering ajak anak berbicara.
  • Dengarkan keluhan dan pendapat anak.
  • Libatkan anak dalam berdiskusi untuk menyusun agenda selama pandemi.
  • Dampingi anak bermain.
  • Dampingi anak belajar, termasuk ketika pembelajaran jarak jauh atau online.
  • Beri kesempatan anak untuk istirahat atau time-out yang sesuai.
  • Ajak dan dampingi anak menyusun agenda rutin keseharian.
  • Tetap lakukan aktivitas fisik yang cukup.
  • Orang tua menjadi role model bagi anaknya dengan memperlihatkan sikap tenang, tidak menampakan kecemasan, dan bersikap suportif.


ANAK DAN SCREEN TIME.

Pada masa pandemi seperti ini, saat anak harus tinggal di dalam rumah, durasi anak menatap layar atau screen time berisiko mengalami peningkatan. Ia harus menatap layar baik dari komputer, laptop, ataupun smartphone untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Anak kembali menghabiskan waktu bermain gim atau menonton video di depan layar.

Padahal anak memerlukan keseimbangan antara aktivitas fisik, screen time, dan waktu tidur yang merupakan kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang yang optimal.

IDAI merekomendasikan beberapa hal terkait regulasi screen time. Screen time tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian integral yang komprehensif bersama dengan regulasi aktivitas fisik, regulasi aktivitas sedentarian, dan regulasi tidur yang sesuai dengan tahapan usia anak.

Anak usia sekolah
- Screen time: tidak lebih dari 1 – 1,5 jam (90 menit).
- Diskusikan dengan sekolah, sebaiknya pembelajaran jarak jauh secara daring tidak lebih dari 1,5 jam (90 menit) dalam sehari.
- Konsisten untuk menetapkan batasan lama waktu screen time dan jenis media/acara yang ditonton.
- Pastikan penggunaan media atau gadget tidak menjadi kebiasaan sebelum mengerjakan pekerjaan sekolah.
- Coba untuk menemukan keseimbangan antara waktu untuk berkreativitas dengan waktu bersantai.
- Orang tua dapat secara bertahap memberi kesempatan kepada anak untuk memilih sendiri atau mengatur dengan leluasa penggunaan waktu screen time.
- Pastikan bahwa penggunaan gadget tidak menggantikan waktu untuk tidur, aktivitas fisik, dan kegiatan harian lain yang penting.
- Masa tidur berkualitas bagi anak adalah 9-11 jam.

Usia Sekolah Menengah (12-18 tahun)
- Screen time: tidak lebih dari 2 jam.
- Diskusikan dengan sekolah, sebaiknya pembelajaran jarak jauh secara daring tidak lebih dari 2 jam dalam sehari.
- Pada usia ini anak sudah mengerti konsep keseimbangan waktu, sehingga orang tua dapat membantu mereka untuk mengelola screen time yang sesuai dengan jadwal anak sendiri.
- Masa tidur berkualitas adalah 8-10 jam.

Anjuran umum untuk orang tua/keluarga
- Jangan pernah membiarkan anak menghabiskan waktunya menatap layar sendirian, tetap lakukan pendampingan dan interaksi dengan anak.
- Berikan hanya konten materi (dari gadget) yang berkualitas dan hindarkan anak terpapar dari materi kekerasan.
- Matikan semua perangkat gadget bila tidak sedang digunakan.
- Jangan menggunakan gadget untuk menenangkan perilaku anak.
- Bebaskan anak dari gadget di kamar tidur anak, pada saat makan, atau saat bermain.
- Jangan memberikan gadget saat proses makan dan satu jam sebelum tidur.
- Ciptakan berbagai aktivitas alternatif untuk membatasi waktu screen time dan untuk menenangkan perilaku anak.
- Ikut berpartisipasi dalam aktivitas fisik regular bersama seperti berjalan santai, naik sepeda, atau jalan ke taman.
- Orang tua harus menjadi model untuk anak, misalnya orang tua juga membatasi waktu screen time bagi diri sendiri tidak lebih dari 2 jam per hari.
- Tentukan waktu bebas menggunakan gadget bersama, seperti di meja makan, atau di dalam mobil untuk mencapai keseimbangan.


Setelah melakukan langkah-langkah tersebut ternyata anak masih menunjukkan tanda-tanda stres, jangan ragu untuk segera mengkonsultasikannya dengan konselor yang berkompeten. 


Dikutip dari www.hellosehat.com

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)