Processing...

Menjadi Ayah yang Lebih Baik


Diposting oleh | Fri, 12 Jul 2019 12:45:19


Hampir semua orang tahu kalau Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Saat Hari Ibu, berjuta pesan positif untuk sang ibu mengalir dari segala sudut, lewat radio, televisi, dan tentu saja mewarnai linimasa media sosial kita. Namun bagaimana dengan sang ayah, yang notabene adalah tulang punggung, sandaran, dan pelindung dalam sebuah rumah tangga.

Hari Senin 12 November lalu adalah Hari Ayah Nasional. Hari Ayah di Indonesia pertama kali dideklarasikan di Solo pada tahun 2006, di masa pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Namun Hari Ayah Nasional seolah berlalu begitu saja tanpa ada perayaan atau kegiatan yang berarti. Bahkan bergema di linimasa media sosial pun tidak.

Salah satu  hasil Survei Indeks Nasional Pengasuhan Anak di Indonesia tahun 2015 oleh KPAI, menyatakan bahwa peran ayah dibandingkan ibu, hanya sedikit lebih baik dalam hal mengetahui dampak teknologi informasi, pemenuhan nafkah dan menguruskan akte kelahiran. Saat ini peringatan Hari Ayah sering hanya menempatkan ayah sebagai pahlawan ekonomi keluarga, tapi dalam banyak hal peran ayah untuk tumbuh kembang anak justru kurang.

Mantan Mentri Sosial, Ibu Khofifah, menyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-3 Indonesia adalah negara peringkat ketiga di dunia yang anak-anaknya tidak merasakan kehadiran ayah atau bapak (http://jatim.tribunnews.com/2017/08/05/menteri-sosial-anak-indonesia-kehilangan-sosok-seorang-ayah) . Fenomena fatherless home (keluarga tanpa ayah) bukan hanya soal tidak adanya seorang ayah dalam sebuah keluarga, tapi juga termasuk keluarga di mana ayahnya tidak berfungsi dengan optimal.

Di Amerika Serikat sendiri, Departemen Kehakiman telah mencatat dampak dari tidak berfungsinya ayah dalam sebuah keluarga, dan hasilnya cukup memprihatinkan antara lain:

   63 % dari kasus bunuh diri di kalangan pelajar, dilakukan oleh anak yang mengalami fatherless home.

   70 % dari remaja yang dihukum penjara, ternyata berasal dari keluarga yang mengalami fatherless home.

   85 % pelaku kenakalan remaja, ternyata berasal dari keluarga yang mengalami fatherless home.

   90 % anak jalanan ternyata berasal dari keluarga yang fatherless.

   80 % pelaku pemerkosa ternyata berasal dari keluarga yang fatherless.

   75 % pengguna aktif narkoba, berasal dari keluarga yang fatherless.

Begitu vitalnya peran seorang ayah dalam keluarga, sehingga dapat kita bayangkan apa jadinya bangsa dan negara kita apabila calon pemimpin masa depannya dibesarkan dalam keluarga yang fatherless...


Memang tidak mudah mendidik anak-anak di #JamanNOW, karena kita sebagai ayah tidak dapat terus-nenerus bersama dengan mereka. Banyak hal yang dapat mempengaruhi mereka, baik teman-teman, lingkungan, televisi, ataupun internet, yang belum tentu berdampak baik bagi pertumbuhan mereka.

Anak-anak tidak memerlukan kita sebagai ayah yang sempurna, namun kita bisa menjadi ayah yang lebih baik. Berikut ini beberapa saran agar anak-anak lebih mempercayai kita sebagai ayah, sehingga mereka lebih mau mendengarkan nasehat dan arahan kita :

1. Jujur.

Seorang ayah harus jujur mengakui kesalahannya kepada anak dan istrinya, demikian pula kepada orang lain. Buatlah suasana akrab di dalam keluarga, agar masing-masing mau mengakui perbuatannya yang salah dan meminta maaf, sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya. Orangtua yang tidak rendah hati mengakui kesalahannya, memberikan teladan buruk kepada anak-anaknya, dan kelak juga akan menanggung akibatnya. Sebaliknya ayah yang memberi keteladanan dalam hal kejujuran, menanamkan bekal nilai yang sangat baik bagi aank-anaknya, sehingga kelak mereka pun menjadi pribadi yang berintegritas dan dapat dipercaya di dunia kerja mereka.

2. Konsisten.

Orangtua bersikap konsisten dalam memperlakukan anak. Hindari tindakan menganak-emaskan anak yang satu, dan memojokkan anak yang lain, sehingga timbul persaingan tidak sehat di antara anak-anak itu. Anak yang dikalahkan akan merasa iri, dendam atau rendah diri, sedangkan anak yang dimenangkan akan bersikap sombong dan tidak mau mengalah.

Konsistensi juga berarti ayah sebagai pemimpin bersikap konsisten dalam menerapkan dan melakukan nilai dan aturan yang disepakati dalam keluarga. Bila ayah tidak melakukannya dengan konsisten, maka sulit bagi anak untuk mengadopsi nilai dan aturan-aturan yang ada menjadi nilai dan gaya hidup bagai mereka.

3. Keluarga sebagai prioritas.

Kepentingan keluarga dan kepentingan bersama harus didahulukan, ketimbang kepentingan diri sendiri. Ketika Anda sebagai ayah lebih mengutamakan kepentingan keluarga ketimbang keinginan/kesukaan ego diri sendiri, maka Anda sedang menyatakan bahwa Anda mencintai keluarga Anda. Ingat: setiap waktu yang Anda berikan bagi keluarga adalah sebuah investasi yang sangat berharga.  Perlakukan waktu bersama keluarga Anda sama pentingnya dengan pertemuan-pertemuan bisnis Anda.

4. Komunikasi

Komunikasi sangat penting di dalam sebuah keluarga dan harus dimulai sejak awal pernikahan. Anak-anak yang sejak kecil dididik untuk membina komunikasi yang baik dengan orangtua mereka, akan selalu merasa nyaman untuk mencurahkan isi hati kepada orangtua mereka, meskipun mereka sudah beranjak dewasa.

Untuk bisa berkomunikasi dengan baik, ayah yang bijaksana harus lebih banyak mendengarkan anak dan tidak cepat membuat kesimpulan sendiri yang akhirnya membuat anak menutup diri. Buatlah suasana yang terbuka dan bersahabat, dan hindarilah penggunaan kata-kata yang otoriter dan merasa benar sendiri. Sedapat mungkin, berbicaralah kepada anak dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti. Ada pepatah yang mengatakan, “Masuklah kandang ayam dengan berkotek-kotek, dan masuklah kandang kambing dengan mengembik.” Kenali dunia anak-anak kita, bangunlah hubungan yang erat dengan anak-anak kita, maka mereka akan lebih mendengar suara dan nasehat kita ketimbang apa yang mereka pelajari dari internet dan sosial media.


Keempat hal di atas saya percaya sangat membantu seorang ayah di dalam mendidik anak-anaknya, karena mereka memercayainya dengan sepenuh hati. Kita juga harus selalu melibatkan Tuhan Sang Pencipta di dalam mendidik anak-anak kita, karena anak-anak merupakan anugerah indah yang Tuhan percayakan kepada kita untuk dipelihara dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang.

Memang menjadi ayah yang lebih baik tidaklah mudah. Namun kita harus selalu berpikir positif dan optimis dalam pengharapan kita kepada TUHAN, berada dan bertumbuh di komunitas ayah-ayah yang baik lainnya, melakukan tugas yang menjadi bagian kita dengan penuh tanggung jawab, dan percaya TUHAN pasti akan menolong kita melakukannya...


Himawan Hadirahardja

Executive DIrector Family First Indonesia

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)