Processing...

MENGENAL 'EMPATHY BURNOUT'


Diposting oleh | Fri, 17 Dec 2021 14:15:44


Apakah Anda termasuk tipe orang yang mudah tersentuh?

Apakah Anda tidak bisa melihat orang lain merasa kesulitan..?

Apakah Anda pribadi yang  selalu siap siaga untuk membantu anggota keluarga, teman, bahkan orang asing..?

Apakah saat Anda sedang melihat sosial media dan melihat orang lain kesulitan, Anda mudah merasa simpati yang mendorong Anda untuk melakukan tindakan untuk menolong...?

Kalau ya, berarti Anda adalah seorang yang mudah berempati. 


Menurut Psychology Today, empati adalah respons yang berfokus pada orang lain. Empati dimulai dengan pengalaman awal kita tentang perasaan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesulitan, tetapi kemudian perasaan tersebut berubah menjadi pemikiran seperti "apa yang bisa aku lakukan untuk orang tersebut?".

Dengan berempati, Anda benar-benar merasakan kesulitan orang lain. Namun jika Anda terus-menerus memilih berempati dan menanggung rasa sakit orang lain secara berlebihan, itu bisa berdampak buruk bagi diri sendiri, baik secara fisik maupun mental, dan fenomena itu disebut dengan empathy burnout.

Dilansir dari laman Well and Good, empathy burnout atau kelelahan empati merupakan sebuah perasaan yang muncul ketika seseorang menghabiskan banyak energi baik secara emosional, fisik, dan mental untuk merawat orang lain sampai-sampai ia sendiri merasa lelah. Empathy burnout dapat membuat orang yang bermaksud baik merasa sedih, tertekan, menyalahkan diri sendiri dan bahkan tidak mau atau tidak mampu memberikan kasih sayang atau bantuan lagi.


Menurut Cleveland Clinic, gejala empathy burnout antara lain:

- Mengisolasi diri dari ornag lain

- Merasa mati rasa atau terputus

- Kurang energi untuk peduli

- Kewalahan, tidak berdaya bahkan putus asa

- Tidak mampu berhubungan dengan orang lain

- Marah, sedih dan tertekan

- Obsesif tentang penderitaan orang lain

- Tegang dan gelisah

- Tidak dapat merespon dengan tepat keadaan sekitar

- Menyalahkan diri sendiri

Hal-hal tersebut juga ikut mempengaruhi fisik penderitanya, seperti sulit konsentrasi, sakit kepala, mual, sulit tidur berkepanjangan, mengKonsumsi obat-obatan atau alkohol, terus mengalami konflik dalam hubungan, selera makan berubah, lelah berkepanjangan, dan mengHindari aktivitas-aktivitas.

Berhubung empathy burnout bisa menjadi sangat menyusahkan secara mental dan pikiran, maka harus segera ditangani dan diatasi.

 

Cara Mengatasi Empathy Burnout

Dikutip dari Well and Good, kesehatan mencakup delapan dimensi yang berbeda yaitu: fisik, intelektual, emosional, sosial, spiritual, kejuruan atau pekerjaan, keuangan, dan lingkungan. Ketika Anda  merasa lelah pada satu atau semua aspek, itu hal yang wajar dan biasa terjadi. Jangan merasa gagal dan kecil hati.

Ada baiknya Anda  menetapkan batasan untuk melindungi aspek-aspek kesehatan tersebut dan juga demi kesejahteraan Anda secara keseluruhan. Itu sebabnya banyak terapis atau psikolog yang mendorong seseorang yang terkena empathy burnout untuk  mengambil waktu untuk beristirahat dan mengisi ulang energi. Lakukan liburan singkat, atau tekuni hobi-hobi yang bisa menyalurkan emosi negatif Anda untuk hal-hal yang produktif, misalnya dengan berolah raga, memainkan alat musik bahkan membuat lagu, melukis, membuat puisi, atau menuliskannya dalam jurnal pribadi Anda.

Lakukan interospeksi  diri, jujur akan kapasitas diri sendiri yang terbatas, dan mengakui kenyataan bahwa setiap manusia perlu istirahat untuk mengisi ulang energi pada waktu-waktu tertentu.  Dengan demikian Anda akan lebih mampu menunjukkan kepada orang lain bahwa Anda peduli dan mau menolong, namun tetap sadar akan kapasitas diri.

Anda juga bisa melakukan self-check pada kebutuhan diri dan tanyakan pada diri sendiri, "Bagaimana kabarku?"

"Apa yang aku butuhkan?"

"Apakah aku perlu istirahat? Atau apakah aku merasa memiliki kapasitas dan daya yang cukup untuk membantu seseorang saat ini?"


Ketika Anda sudah bisa mempertahankan batas-batas emosional yang jelas, Anda bisa merasakan empati kembali, dan membantu orang lain dengan penuh semangat tanpa harus mengalami empathy burnout.



(Dari berbagai sumber)

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)