Processing...

Memiliki Anak, Perlu Perencanaan


Diposting oleh | Fri, 09 Aug 2019 12:36:24


Dewasa ini mucul fenomena baru, seolah-olah menjadi orangtua, dalam hal ini berarti memiliki anak,  bukanlah menjadi sebuah harapan banyak pasangan. Banyak di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, Kanda,  dan Singapura, banyak pasangan yang menunda keinginan untuk memiliki anak .  Hal ini disebabkan karena semakin mahalnya biaya hidup, biaya pendidikan, dan waktu untuk merawat seorang anak. Memiliki anak bahkan seolah-olah tidak lagi menjadi prioritas. Jika dahulu ada pepatah yang mengatakan banyak anak banyak rejeki, maka saat ini pepatah tersebut telah mengalami pergeseran menjadi punya anak punya banyak masalah.

Jika dahulu mempunyai anak menjadi suatu kebanggaan, tetapi belakangan ini mempunyai anak menjadi suatu beban. Salah satu penyebabnya ditengarai karena meningkatnya biaya hidup sehingga memaksa pasangan suami isteri harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan beratnya persaingan yang dihadapi, sehingga mereka harus bekerja lebih keras lagi yang tentunya berdampak kepada waktu kerja yang semakin panjang. Demikian juga kondisi lalu linta yang diwarnai dengan kemacetan yang 'memaksa' para pekerja harus berangkat lebih pagi dan pulang lebih larut malam. Belum lagi pandangan bahwa adanya anak justru 'menghambat karir'. Banyak pasangan yang berpikir karena mereka sudah menyelsaikan pendidikan dengan jenjang yang tinggi, mereka merasa enggan untuk 'hanya menjadi ibu atau bapak rumah tangga' yang disibukkan dengan dinamika membesarkan anak. Ada lagi yang merasa tidak yakin bisa membesarkan anaknya dengan baik, karena itu daripada melakukan kesalahan dalam membesarkan anak, mereka memilih untuk tidak memiliki anak. 

Terlepas dari keinginan untuk memiliki anak atau tidak, tentunya perlu dipertimbangkan bahwa suatu saat pasangan tersebut akan menjadi tua. Siapa yang akan merawat mereka? Apakah mereka akan menggaji seseorang untuk merawat mereka ketika telah tua? Di kota-kota besar mungkin orang berpikir untuk tinggal dipanti jompo ketika mereka tua, tetapi apakah orang yang merawat mereka tersebut akan merawat mereka dengan kasih sayang? Walaupun belum tentu anak dapat merawat dengan kasih, tetapi jika kita merawat anak dan memberikan model yang baik bagi mereka, kita bisa yakin dan  percaya anak pasti akan bersedia merawat kita dengan baik. Hal ini harus menjadi pemikiran yang mendalam bagi setiap pasangan yang menunda atau tidak ingin mempunyai anak.

Kebahagiaan dan sukacita ketika orangtua memiliki anak dan berhasil mendidik anaknya dengan baik, sebenarnya menjadi suatu sukacita yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, bahkan memiliki nilai yang sangat tinggi dibandingkan dengan banyaknya harta dan aset yang dapat dimiliki. Tentu memang harus melalui perjuangan yang berat, ada dinamika yang melelahkan, bahkan mungkin seperti yang dialami oleh banyak orangtua, dalam perjalanan membesarkan anak-anak akan ada waktu dimana kita sebagai orangtua 'ingin menyerah'. Tapi kita tidak perlu takut untuk menjadi orangtua di era ini. Ada begitu banyak buku-buku penuntun, seminar, artikel di berbagai website, dan talkshow radio maupun TV yang bisa membantu kita menjadi orangtua yang lebih baik. Dan tentu di atas semuanya itu ada TUHAN Sang Sumber hikmat, yang siap untuk memberikan hikmat, kekuatan dan pertolongan yang sangat kita perlukan dalam perjalanan membesarkan anak-anak kita.  

Kalau pun pasangan suami-istri memutuskan untuk menunda keinginannya mempunyai anak , apapun pertimbangannya, sangat disarankan untuk memiliki tenggat waktu yang ditentukan hingga kedua pasangan siap untuk memiliki anak. Karena biasanya semakin lama menunda keinginan untuk memiliki anak, maka akan semakin bertambah usia kedua pasangan, hal ini tentu akan mempengaruhi tingkat kesuburan pasangan. Semakin lama menunda keinginan memiliki anak, akan menyebabkan pasangan akan berada dalam situasi di mana anak masih kecil, usia produktif kerja sudah menurun, selain juga mempengaruhi pola pengasuhan. Misalnya ketika anak masih bernergi untuk bermain, sementara pasangan sudah kelelahan arena faktor usia. Atau ketika anak masih membutuhkan banyak biaya untuk pendidikan, sementara kedua orang tua sudah memasuki usia pensiun. Belum lagi perbedaan usia yang sangat jauh mempertajam kesenjangan generasi yang bisa mempengaruhi hubungan orangtua-anak. Hal-hal  ini harus dipikirkan secara mendalam bagi setiap pasangan yang ingin menunda atau tidak ingin memiliki anak.

Jadi, setiap pasutri perlu untuk  memiikirkan secara matang. Memiliki anak bukan suatu kebetulan tetapi memiliki seorang anak harus direncanakan dengan baik. Bila ada di antara pasangan suami-istri memiliki trauma atau kekuatiran dalam hal memiliki anak, tak ada salahnya meminta pertolongan konseling dengan pihak yang berkompeten, sehingga bisa mengatasi trauma dan kekuatiran yang dialami. 


Membesarkan anak memang bukan perjalanan yang mulus, tapi pada akhirnya semua tenaga, waktu, pikiran, dan perasaan orangtua yang dikorbankan dan diinvestasikan pada diri anak, akan 'terbayar lunas' saat melihat anak-anak kita hidup bertumbuh dalam kebenaran, dan mencapai tujuan hidupnya seperti yang TUHAN kehendaki.... 


Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)