Processing...

Membangun Anak yang Mandiri Sejak Dini


Diposting oleh | Tue, 23 Jul 2019 09:26:47

Orangtua perlu secara bertahap melepaskan anak untuk membuatnya lebih mandiri dan tidak terlalu tergantung pada orangtua, karena bagaimanapun juga orangtua tidak bisa terus menerus mendampingi anaknya. Akan tiba waktunya sang anak harus terpisah dari orangtuanya, baik itu untuk studi di luar kota, atau di luar negri... Anak nantinya juga akan menikah dan membangun keluarganya sendiri.

Melepaskan anak agar tidak terlalu bergantung kepada orang lain untuk menumbuhkan kemandirian, dilakukan dalam beberapa tahapan sesuai perkembangan dan usia anak. Tentunya diperlukan ketekunan, kesabaran, kerelaan hati, dan juga tekad kuat dari orangtua untuk melakukannya.


Masa membangun rasa percaya (0 - 1,5 tahun)

Bayi yang baru lahir sangat membutuhkan perhatian ayah ibunya, namun bukan berarti orangtua harus menggendongnya 24 jam. Melatih kemandirian anak sebaiknya dimulai pada masa ini. Saat bayi membutuhkan Anda, pastikan Anda ada di sampingnya, meskipun bukan berarti harus menggendongnya setiap saat. Menggendong memang bisa menjadi cara paling cepat untuk menenangkan bayi, tapi kebiasaan menggendong bayi ini bisa menjadi ‘bumerang’ bagi orang tua, yaitu bayi menjadi tidak bisa mandiri dan selalu ‘menuntut’ digendong, yang bisa makin melelahkan orang tua.

Begitupun saat bayi mulai belajar makan makanan padat setelah ASI eksklusif selama enam bulan. Mengajarkan anak untuk memulai kebiasaan baru perlu dilakukan dengan tahapan dan perlahan. Saat memberi makanan padat, misalnya, lakukan perlahan dan jangan dipaksakan. Mulai dengan mencicipi, berikan dengan penuh kasih. Target utamanya bukan makanan habis dimakan, namun membangun ikatan orang tua (khususnya ibu) dan anak.

Pada masa ini anak akan belajar membangun rasa percaya, merasa diperhatikan, dan mengetahui orangtuanya akan selalu ada saat ia membutuhkannya. Semakin bertambahnya usia, anak memasuki masa individuasi, yakni belajar ‘melepaskan ikatan’ ibu dan anak secara perlahan. Anak mulai belajar berjalan, lebih mandiri, tidak lagi bergantung penuh dengan orang tuanya (dengan digendong). Tradisi tedhak siten pada masyarakat Jawa memiliki makna yang sama dengan masa individuasi ini.


Otonomi diri (1,5 - 3 tahun)

Peran orangtua adalah mendampingi, sambil memberi kesempatan anak untuk berekplorasi, mengingat rasa ingin tahu anak pada masa ini mulai tinggi. Memberikan kebebasan kepada anak bukan berarti tanpa aturan. Anak perlu diajarkan nilai baik dan buruk, agar anak mengerti batasan kebebasannya bereksplorasi.

Saat makan, ajarkan anak mandiri dengan menggunakan alat makan sendiri, jangan terus disuapi. Persoalannya, terkadang orangtua tak sabar dan inginnya anak cepat menghabiskan makanan atau tidak ingin tangan atau bajunya kotor. Padahal pada masa ini anak sebenarnya mulai muncul keinginan untuk ‘menunjukkan dirinya’. Jadi sebaiknya jangan berikan bantuan berlebihan. Sesuaikan dengan kebutuhannya saja.

Pada masa ini juga hindari menggunakan gadget untuk menenangkan anak, agar anak bisa duduk diam dan makan. Semakin dini kita memperkenalkan gadget sebagai hiburan kepada anak, justru kita semakin ‘merusak’-nya. Banyak penelitian sudah membuktikan, kerusakan otak akibat kecanduan hiburan melalui gadget (disebut dengan digital addiction) sama bahayanya dengan akibat kecanduan narkoba.


Mengembangkan inisiatif (3 - 5 tahun)

Mengajarkan kemandirian perlu dilakukan sejak dini. Mulai usia tiga tahun, misalnya, anak sudah bisa diajarkan untuk mengenakan baju sendiri. Ajarkan juga untuk menyimpan baju kotor pada tempatnya, dan lain sebagainya. Dengan demikian, anak belajar mendisiplinkan dirinya dan melakukan berbagai hal yang nantinya akan dilakukannya sendiri.

Dengan cara pembelajaran ini, anak juga mulai belajar berinisiatif melakukan tugasnya. Membersihkan kamar menjadi tahapan berikutnya, saat sudah mulai bertambah usianya. Kebiasaan baik yang diajarkan sejak dini akan menumbuhkan karakter yang lebih mandiri di kemudian hari.

Bisa juga, bila memungkinkan, anak di usia ini dilibatkan untuk melakukan kegiatan rumah tangga yang mampu dilakukannya. Misalnya memasukkan pakaian kotornya ke tempat yang tersedia untuk nantinya akan dicuci; membantu membawakan piring atau perlengkapan yang terbuat dari plastik untuk dicuci ataupun untuk disimpan setelah dicuci.


3 fase pertama inilah yang paling penting untuk pengembangan kepribadian anak. Dengan memiliki dasar yang kuat, anak mempunyai mental lebih kuat dan membangun kepercayaan diri dan kemandirian,  sehingga ketika memasuki tahapan produktif usia 6 - 12 tahun anak sudah memiliki kebiasaan positif dan perilaku mandiri. Begitupun saat pembentukan identitasnya pada usia 12 - 18 tahun,  anak yang berkarakter mandiri dengan kepercayaan diri yang ditumbuhkan sejak lahir, akan mampu membangun identitas dirinya lebih positif.


Dengan memahami fase-fase ini, diharapkan orangtua bisa mempersiapkan dirinya agar dapat memahami dan menjawab kebutuhan anak-anaknya sesuai dengan tahap perkembangannya; sehingga anak bertumbuh menjadi pribadi yang sehat – jasmani, mental dan rohani – dan dapat berhasil meraih impian dan tujuan hidupnya, serta berdampak positif bagi banyak orang di sekelilingnya....

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)