Bagaikan sebuah kapal yang sedang berlayar ke suatu tujuan dalam mengarungi samudra luas dengan segala rintangannya baik cuaca, iklim maupun berbagai rintangannya. Demikian juga perjalanan hidup pernikahan; jalan itu tidak selalu mulus, ada banyak rintangan yang bisa menghambat kelancaran/ kebahagiannya.
Rintangan-rintangan yang dimaksud bisa berupa perbuatan/prilaku, kepribadian, dan kebiasaan hidup yang nampaknya hanya seperti batu-batu kerikil kecil yang tidak berarti, namun dapat berakibat fatal dalam kehidupan rumah tangga kita.
Kita sudah berusaha melakukan yang terbaik, berdoa, dan membahagiakan orang yang kita kasihi. Tetapi kita seringkali lengah pada perilaku dosa kita yang harus diwaspadai. Seperti saat “stay at home” di masa Pandemi Covid 19, kita punya waktu bersama lebih banyak yang tanpa disadari dapat menimbulkan masalah yang lebih berat. Staying at home ini bisa “menghidupkan/menunjukkan" kesalahan-kesalahan yang selama ini kita pendam atau abaikan, bahkan mungkin sudah menjadi kebiasaan. Jika siang malam pikiran kita hanya dipakai untuk melayani rasa ingin tahu atas berita-berita postingan baru, atau kebiasaan-kebiasaan buruk yang lama (malas, egois, iri hati, kecanduan games, hal-hal bersifat pornografi, dll.) yang semakin ditunjukkan atau ‘berani’ dilakukan, akan merusak setiap sendi dan relasi kehidupan dalam keluarga.
Kita tidak sadar atau mungkin heran, yaitu: “dengan orang lain kita bisa ramah, tapi dengan orang-orang di rumah sendiri, kita berani kasar, menjadi apa adanya. Kita bersikap, berkata dan berprilaku menyakiti hatinya tanpa kendali, serta tanpa takut menunjukkan sifat-sifat dosa”. Akibatnya, hubungan suami-istri menjadi semakin rusak, keintimannya menjadi semakin tidak berfungsi baik, waktu yang banyak menjadi semakin tidak efekti, tidak produktif, bahkan membosankan.
Sadarlah bahwa keinginan mengisi hidup dengan hal hal baik tidak mudah dan berusahalah menghadapi dan mengikis sifat dosa yg sudah berakar dalam watak, kepribadian dan kebiasaan kita, ditambah lagi ... dengan masalah “pribadi negatif kita yang lain” yang sudah terbiasa dan sulit sekali diubah. (Pdt. Yakub BS)
Kerikil-kerikil yang perlu diwaspadai adalah:
1. Keinginan untuk MENGUBAH PASANGAN.. setiap kita diciptakan berbeda , tidak bisa selalu sama dengan yang kita inginkan, jadi kita harus menerima pasangan kita APA ADANYA...
2. KURANG BERSYUKUR.. menilai ‘rumput tetangga lebih hijau’; ketika kita tidak mensyukuri kelebihan pasangan kita, di saat itulah kita mulai menganggap orang lain lebih bagus daripada pasangan kita.
3. MENGKALKULASI PENGORBANAN yang telah kita lakukan.. jangan pernah mengungkit-ngungkit kembali setiap "hal baik" yang telah kita lakukan kepada pasangan.
4. TIDAK MEMBERI PUJIAN / PENGHARGAAN.. cara sedehana untuk menyemangati seseorang adalah dengan memberi PUJIAN atau PENGHARGAAN atas prestasi yg sudah ia lakukan..
5. Selalu MEMOJOKKAN PASANGAN.. ketika pasangan kita melakukan kesalahan, Pahami dan Maafkanlah dia.
6. TIDAK MENGHARGAI PASANGAN.. status sosial, latar belakang, income yang kita hasilkan, jangan dijadikan alasan untuk merendahkan pasangan kita..
7. TIDAK MEMBERI KEBEBASAN kepada pasangan. Jangan menghambat atau terlalu mengekang pasangan, berilah waktu untuk berkreasi dan menyalurkan hobby-nya.
SEMAKIN banyak kita berkorban untuk pasangan kita, semakin bahagia dan erat hubungan pernikahan kita.. Gantilah KEEGOISAN dengan hati yang mau mempedulikan pasangan kita.
(dari berbagai sumber)