Processing...

HINDARI ASUMSI, BIASAKAN BERTANYA DEMI RELASI YANG SEHAT


Diposting oleh | Tue, 14 Apr 2020 11:54:31


Seorang wanita berusia 94 tahun, Forence, mengisahkan pengalaman pahit dalam hidupnya karena asumsi. "Asumsi adalah racun sianida untuk sebuah hubungan. Bertanya, itulah kunci untuk kehidupan yang memuaskan”, ujarnya. 

Dengan kesedihan, Florence mengingat hubungan romantis yang berakhir karena asumsi. Sebagai sekretaris eksekutif periklanan di New York, Florence menggambarkan hidupnya sebagai orang yang sangat makmur. Dia jatuh cinta pada seorang pemuda yang selalu membuat matanya berbinar-binar bahagia. Mata yang kemudian segera terisi dengan air mata. "Dia menganggap aku tidak akan pernah pindah ke San Francisco di mana dia tinggal. Dia menganggap saya tidak akan meninggalkan karir saya. Tapi, dia tidak pernah meminta saya melakukannya, atau paling tidak bertanya... Dia malah menghilang begitu saja.” 

“Bertahun-tahun kemudian ketika saya melihatnya lagi, dia sudah menikah namun tidak bahagia. Kehidupannya nampak baik-baik saja untuk orang luar dan dia mengatakan kepada saya, bahwa ia menyesal karena hubungan kami tidak berhasil. Saya mengingatkannya bahwa dia tidak pernah bertanya. " 

Sebagai penutup kisahnya, Florence mengatakan dia belajar nilai bertanya dari hubungannya dengan kekasihnya tersebut.


Asumsi sering menjadi tembok penghalang suatu hal yang kita inginkan atau harapkan. Asumsi dapat mengakhiri hubungan, mengganggu komunikasi, dan menghambat pemahaman. Dalam Alkitab dikisahkan Ayub sempat kecewa dengan sikap teman-temannya, khususnya Elifas, yang mendatangi Ayub bukan dengan kata-kata yang menghibur, menenangkan, memberi kekuatan, tetapi justru dengan asumi-asumsi dan tuduhan.

Ada kisah lain lagi di Alkitab, saat bangsa Israel baru saja menduduki Tanah Kanaan, hampir terjadi ‘perang saudara’ karena asumsi.  Namun perang itu bisa dihindari, ketika mereka membuka kesempatan untuk bertanya dan mengklarifikasi.


Memang Tuhan memberikan kepada kita akal, kecerdasan dan ketrampilan untuk mengantisipasi. Namun untuk menjaga relasi, apalagi dalam relasi jangka panjang seperti pernikahan, lebih baik kita banyak bertanya, melakukan klarifikasi, ketimbang bersikap dan bertindak berdasarkan berasumsi, yang belum tentu benar. Tidak sedikit pertengkaran bahkan konflik hebat dalam pernikahan, dipicu oleh asumsi antara suami-istri.


Daripada Anda berasumsi berdasarkan pengalaman masa lalu, kebiasaan pasangan, pengalaman orang lain; relasi Anda akan tetap terjaga bila Anda membiasakan diri untuk bertanya.

“Ini yang kamu maksud tadi apakah demikian?”

“Saya agak kurang jelas dengan maksud perkataanmu tadi.. Bisa tolong jelaskan....?” 


Ada sebuah pepatah, “Malu bertanya, sesat di jalan”. Daripada relasi yang sudah kita bangun dan jaga dengan baik menjadi terganggu, apalagi dalam relasi pernikahan, lebih baik kita bertanya... Dengan bertanya kita berupaya ‘menyamakan frekuensi’ dengan keluarga, relasi, agar tidak terjadi salah paham. Bertanya akan membuat kita lebih memahami dan lebih berempati dengan orang lain... Bertanya akan membantu kita mengembangkan kemampuan komunikasi.

Bertanya, bukan berasumsi, akan membuat relasi kita lebih sehat dan lebih dalam.

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)