Processing...

HATI-HATI DENGAN 'SELF-DIAGNOSIS'


Diposting oleh | Thu, 16 Dec 2021 10:46:33


Akhir-akhir ini terjadi fenomena, terutama di kalangan anak muda, untuk melakukan self-diagnosis.

Kemarin seorang teman cerita bahwa anaknya seringkali melabel diri sendiri, bahwa dia ternyata 'begini' dan 'begitu'. Ada lagi seorang ibu yang panik karena anaknya, baru kelas 3 SMA, yang sehari-hari rajin, pintar dan baik hati, tiba-tiba meyakini bahwa dirinya menderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Ada juga anak muda yang merasa dirinya "depresi" berat. Dan biasanya mereka itu sendiri yang merasa yakin menderita gangguan tersebut, karena dapat informasi atau "deskripsi" dari browsing di internet!

Self-diagnosis adalah suatu proses dimana seseorang mengidentifikasi dirinya dengan suatu kondisi kesehatan (fisik ataupun mental), berdasarkan apa yang mereka dapatkan dari ensiklopedia medis, buku-buku, nara-sumber di internet, pengalaman pribadi di-masa lalu, atau karena mengenal adanya gejala atau tanda-tanda medis, dari pengalaman anggota keluarga yang pernah mengalaminya.


Apakah self-diagnosis itu berbahaya?

Self-diagnosis tu tidak saja buruk, namun bisa berbahaya.

Kalau Anda terlalu cepat menyimpulkan sesuatu kondisi yang Anda alami, sesuatu yang membuatmu menderita, bisa jadi pengobatan atau perlakuannya bisa salah.

Seseorang yang melakukan self-diagnosis akan sindrom psikologis yang dia alami, bisa jadi tidak melihat bahwa sebetulnya ada penyakit atau gangguan  yang menyebabkan sindrom psikologis tersebut.

Melakukan self-diagnosis dengan melihat atau membaca informasi yang ada di internet sangatlah berbahaya, karena informasi tersebut bisa jadi "unreliable", tidak bisa dipercaya; sehingga bisa menyebabkan self-treatment yang tidak tepat, ataupun kekuatiran dan pengeluaran dana yang tidak perlu.

Tentang self-diagnosis ADHD tadi, untuk memastikan, haruslah berkonsultasi dengan seoarang ahli yang berkompeten, dimana akan diberikan beberapa test dan hasilnyapun akan terus di-validasi oleh ahlinya.

Membaca tentang sesuatu gangguan psikologis, ataupun penyakit tertentu adalah mudah, dan mungkin akan lebih murah, atau bahkan gratis, namun berbahayanya adalah, seringkali, self-diagnosis "berhenti di situ saja", tidak ada tindak lanjut yang tepat.

Seseorang yang suka melakukan self-diagnosis disebut sebagai "Cyberchondria" ; istilah yang didapat dari kata "cyber" dan "hypochondria". Hypochondria adalah, seseorang yang mempunyai obsesi, bahwa dia mempunyai kondisi medis serius (namun belum didiagnosis secara resmi).

Seorang "hypochondria" mempunyai kekuatiran, ketakutan jangka panjang, bahwa ia mengidap penyakit tertentu.

Hypochondria bisa disebut juga "health anxiety".

 

BAGAIMANA CARANYA UNTUK TIDAK MELAKUKAN SELF-DIAGNOSIS ? 


1. Kenali bagaimana kondisi tubuh Anda.

Ketahui bagaimana rasanya bila Anda dalam keadaan sehat walafiat.

Misalnya: suatu hari temperatur tubuhmu sedikit melebihi 36-37 C, janganlah panik, tetapi rasakan bagaimana keadaan badan Anda secara keseluruhan...  Survei yang kekinian menyebutkan bahwa orang-orang tertentu bisa lebih "hangat", alias memiliki suhu tubuh yang sedikit lebih tinggi dari yang lain.

Suhu tubuh adalah seperti tingkatan atau kadar hormon, yang mana bisa berbeda antar individu.

Dengan mengetahui bagaimana kondisi tubuh sewaktu sehat walafiat, maka Anda akan langsung tahu bila ada sesuatu yang terasa tidak seperti biasanya.


2. Bila Anda merasakan gejala tertentu, carilah informasi hanya dari sumber yang bisa dipercaya. 

Bila Anda merasa ada gejala tertentu, atau serasa "tidak enak badan", namun belum ingin pergi ke dokter (kecuali kalau serius), maka pastikan bahwa Anda melihat di website yang terpercaya.

Banyak website medis yang bisa dipercaya, baik secara internasional maupun di Indonesia; dibandingkan dengan  yang tertera di Wikipedia, atau malahan blog-blog pribadi atau situs-situs komunitas tertentu, di mana banyak orang yang bukan ahli saling bertukar pikiran dan berpendapat.

Catat apa yang Anda dapat dari hasil pencarian tersebut, pelajari, kemudian konsultasikan dengan dokter atau psikolog, yang bisa memberikan diagnosa dengan akurat.


3. Tanyakan kepada dokter dan/atau psikolog Anda.

Biasakan banyak bertanya kepada dokter ataupun psikolog Anda. Seorang dokter, psikolog yang profesional, tidak hanya bisa membuat tubuh Anda nyaman kembali, atau sembuh, namun juga memberikan ketenangan jiwa,  pikiran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda.

Dokter dan psikolog Anda akan menjelaskan dengan sabar dan mungkin akan mengatakan bahwa self-diagnosis Anda (ternyata) keliru.

Dokter dan psikolog yang baik, mumpuni dan kompeten, bukan hanya mampu menyembuhkan, namun dengan sabar mengedukasi pasien atau kliennya.


4. Hindari berkonsultasi terlalu sering ke "dr. Google". 

Bila Anda terlalu sering konsultasi ke "dr. Google", akibatnya bisa terpaku ke diagnosis tertentu; dan bisa meyakinkan diri sendiri bahwa Anda mengidap penyakit, atau sedang mengalami masalah tertentu. Kemudian setelah Anda menemui seorang dokter ahli, Anda tidak memercayai dokter itu, karena ia memberikan penjelasan atau diagnosis yang berbeda dengan yang Anda dapatkan dari google.


Penutup

Bila 'self-diagnosis' sudah terlanjur menjadi kebiasaan, tinggalkan kebiasaan itu, karena ternyata hal itu akan  menyebabkan Anda mengalami kecemasan yang sangat, dan bahkan memperburuk kondisi Anda.

Meskipun Internet dan situs-situs yang menginformasikan tentang kesehatan fisik dan mental kita, bisa merupakan alat yang mencengangkan dan canggih, dan bisa membantu memberikan pencerahan tentang hidup lebih sehat, namun tidak bisa menggantikan peran tenaga kesehatan yang terlatih dan professional.


(Diringkas dari berbagai sumber)

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)