Processing...

HATI-HATI DENGAN 'APD'...


Diposting oleh | Tue, 22 Feb 2022 11:53:46


Mendengar atau membaca singkatan "APD", pikiran kita langsung membayangkan alat pelindung diri (APD), seperangkat perlengkapan yang berfungsi untuk melindungi penggunanya dari bahaya atau gangguan kesehatan tertentu, misalnya infeksi virus atau bakteri. Bila digunakan dengan benar, APD mampu menghalangi masuknya virus atau bakteri ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, mata, atau kulit. APD menjadi salah satu 'pakaian wajib' yang dikenakan para petugas kesehatan dalam melayani pasien-pasien yang terpapar Covid 19, maupun penyakit menular lainnya.

Namun dalam artikel ini bukan APD itu yang akan dibahas, tapi adalah Avoidant Personality Disorder, atau gangguan kepribadian menghindar, gangguan kepribadian yang membuat penderitanya kerap menghindari interaksi sosial dengan orang lain. Hal ini terjadi bukan karena rasa malu atau introvert, karena sesekali merasa malu tentu adalah hal yang wajar. Namun, jika rasa malu tersebut berlebihan dan dibarengi dengan rasa takut terhadap penolakan atau kritik dari orang lain, kita perlu mewaspadainya. Kondisi ini mungkin bisa jadi tanda avoidant personality disorder.

Orang yang memiliki gangguan kepribadian ini sering merasa malu, cemas, dan takut berlebihan terhadap penolakan dari orang lain. Berbeda dengan sifat pemalu yang biasa, avoidant personality disorder membuat penderitanya sulit untuk menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain.


Penyebabnya

Penyebab avoidant personality disorder belum diketahui secara pasti. Namun, faktor genetik atau keturunan diduga turut berperan dalam membuat seseorang mengalaminya.

Selain itu, APD juga bisa terjadi karena penderitanya pernah mengalami peristiwa traumatis, seperti pelecehan fisik atau emosional, dikhianati oleh orang yang disayangi, pola asuh yang tidak baik, atau kurang mendapat kasih sayang dari orang tua.


Gejalanya

APD sering muncul di masa kanak-kanak dan gejalanya akan semakin terlihat ketika penderitanya sudah beranjak dewasa. Selain rasa malu dan ketakutan yang berlebihan, orang yang memiliki gangguan kepribadian ini juga bisa menunjukkan beberapa gejala sebagai berikut, di antaranya:


  • Enggan melakukan banyak hal dan mencoba sesuatu baru karena tidak ingin mengambil risiko serta merasa tidak mampu;
  • Terlalu sensitif dan mudah tersinggung ketika menerima kritik;
  • Anhedonia;
  • Sering melebih-lebihkan suatu hal;
  • Cenderung memiliki pola pikir yang negatif atau terlalu pesimis;
  • Sering merasa cemas;
  • Kerap memandang negatif dirinya atau memiliki self-esteem yang rendah;
  • Selalu menghindari konflik dan berusaha menjadi orang yang penurut atau menyenangkan orang lain;
  • Sering menghindari pekerjaan atau aktivitas yang melibatkan kontak atau interaksi dengan orang lain;
  • Sulit membuat keputusan;
  • Susah atau sama sekali tidak bisa percaya kepada orang lain
  • Meski demikian, tidak semua gejala tersebut menandakan bahwa seseorang pasti memiliki gangguan kepribadian APD. Banyak orang yang memang memiliki sifat pemalu dan sulit percaya dengan orang lain, tetapi bukan karena gangguan ini.


Berbagai gejala tersebut baru bisa dikatakan mengarah ke APD ketika sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama dan membuat penderitanya sulit untuk beraktivitas dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Orang yang mengalami APD juga biasanya akan merasa sulit mengubah perilakunya, sulit beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain, cepat memutuskan hubungan dengan orang lain, serta cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.


Bagaimana Mengatasinya ?

Sama seperti gangguan kepribadian lainnya, APD bukanlah kondisi yang mudah untuk ditangani. Hal ini karena penderita gangguan APD memiliki pola pikir dan perilaku yang telah tertanam selama bertahun-tahun.

Tidak sedikit juga penderita avoidant personality disorder yang merasa bahwa dirinya tidak membutuhkan penanganan.

Padahal, jika tidak ditangani dengan baik, penderita APD bisa lebih berisiko untuk mengalami berbagai masalah psikologis lainnya, seperti depresi, serangan panik, agorafobia, atau keinginan untuk bunuh diri.

Oleh karena itu, para penderita gangguan kepribadian ini perlu menjalani penanganan dengan berkonsultasi ke konselor, psikolog atau psikiater yang kompeten.


Untuk menangani kondisi ini, psikiater dan psikolog bisa melakukan psikoterapi, termasuk terapi perilaku kognitif. Dengan menjalani terapi, pasien akan dibimbing untuk mengubah pola pikir dan perilakunya menjadi lebih positif, serta belajar untuk berinteraksi dan menerima orang lain.

Di samping psikoterapi, penderita APD juga mungkin perlu mendapatkan obat-obatan, seperti antidepresan dan obat pereda kecemasan (antiansietas). Obat-obatan ini biasanya diberikan jika penderita sudah mengalami gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan cemas. Obat tersebut juga diberikan untuk mengatasi anhedonia, insomnia, dan gangguan mood.

Seperti halnya gangguan kepribadian lainnya, sangat disarankan untuk Anda tidak melakukan self assessment hanya berdasarkan artikel yang Anda baca secara daring, tapi segeralah berkonsultasi dengan ahli yang berkompeten, saat melihat atau merasakan  gejala yang mengarah pada APD,  dan jalani pemeriksaan yang seksama untuk memastikannya dan mengetahui penyebabnya.

Dengan begitu, gangguan kepribadian ini bisa segera ditangani sebelum menimbulkan dampak lebih jauh pada kehidupan sehari-hari dan hubungan dengan orang lain.




Sumber : www.alodokter.com

Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)