Processing...

GENERASI Z DAN MASALAH KEUANGANNYA


Diposting oleh | Mon, 21 Jun 2021 14:21:26


Setelah generasi milenial, muncul Generasi Z,  yang lahir pada rentang tahun 1995 sampai 2010 (sekarang berusia 11-26 tahun). Generasi ini disebut-sebut generasi paling boros, meski sebagian Gen Z sudah bekerja dan memiliki penghasilan. Keuangan mereka sangat rentan terkena ‘krisis’ akibat gaya hidup konsumtif maupun pengelolaan yang salah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan Generasi Z, khususnya akan berimbas pada kondisi keuangan mereka di masa depan.

Berikut hal yang ditakuti Generasi Z terkait keuangan mereka:


1. Sulit merealisasikan tujuan jangka panjang, seperti membeli rumah. Memang tidak semua Generasi Z hanya memikirkan kesenangan semata di masa sekarang. Banyak pula yang punya tujuan jangka panjang, seperti membeli rumah.
Rumah merupakan kebutuhan primer yang harganya bikin geleng-geleng kepala. Naik setiap tahun, melebihi inflasi. Harga rumah makin sulit dijangkau Generasi Z, terutama mereka yang bergaji pas-pasan.
Walaupun harus menabung bertahun-tahun, harga rumah tetap mahal. Termasuk memangkas anggaran hiburan dan keinginan lain.
Sebagai contoh, gaji Rp 5 juta. Kalau 20%-nya saja disisihkan untuk tabungan rumah, berarti Rp 1 juta. Sementara harga rumah subsidi sekitar Rp 200 juta. Artinya butuh waktu 16 tahun lebih untuk mengumpulkan uang Rp 200 juta. Sementara harga rumah setiap tahun selalu naik, sehingga tetap tidak akan 'terkejar'.

Generasi Z disarankan tetap fokus menabung dengan porsi tersebut, misal menabung untuk DP rumah dalam jangka 5 tahun. Selebihnya mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk menutup kekurangan uang, dan tentunya tinggal membayar cicilan KPR setiap bulan sesuai kemampuan.

2. Selalu merasa kekurangan. Berapapun besarnya gaji yang diterima setiap bulan, Generasi Z selalu merasa kekurangan. Hal ini tidak terlepas karena gengsi, ditambah gaya hidup yang tinggi sehingga ingin tampil lebih, meskipun melampaui batas finansialnya. Pantas saja bila Generasi Z kerap mengeluh tidak punya uang.
Itu karena banyak anak Generasi Z yang bersifat konsumtif atau boros. Bukan lantaran gaji atau penghasilan pas-pasan, tapi karena lebih besar pasak daripada tiang, atau lebih tinggi pengeluaran dibanding pendapatannya, sehingga selalu merasa kekurangan.
Untuk mengatasi persoalan ini, Gen Z perlu mengerem gaya hidup konsumtifnya. Mulailah berhemat. Memangkas pengeluaran tidak penting, dan dialihkan untuk tabungan, dana darurat, atau investasi.

3. Terlalu banyak yang diinginkan. Tidak sedikit anak muda susah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Padahal keinginan sudah jelas-jelas, adalah sesuatu yang tidak terlalu mendesak sifatnya. Sebaiknya belajar untuk mulai mengesampingkan keinginan, dan prioritaskan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan utama. 

Hanya saja sayangnya Generasi Z terlalu banyak mau. Banyak yang diinginkan, tanpa melihat kondisi finansialnya. Semua ingin diwujudkan. Walhasil bujet untuk kebutuhan dipakai untuk memenuhi keinginan. Hal ini yang bisa membuat keuangan mereka kacau balau.
Untuk itu, Gen Z perlu mulai mengenali mana kebutuhan, mana keinginan. Kalau pun misalnya punya banyak keinginan, fokus saja pada satu keinginan lebih dulu. Pilih yang paling urgent untuk diwujudkan. Baru fokus mewujudkan keinginan berikutnya asalkan benar-benar dibutuhkan.

4. Sulit mencapai kestabilan finansial. Generasi Z sulit mencapai kestabilan finansial. Belum atau tidak tahu ke mana gaji atau penghasilan dialokasikan. Bahkan mereka juga tidak tahu berapa banyak uang yang dihasilkan maupun yang dihabiskan setiap bulan, karena tidak menghitungnya atau tidak punya perencanaan keuangan yang matang.

Mulai dari sekarang, Gen Z perlu lebih peduli terhadap kondisi finansial. Mereka perlu membuat daftar pemasukan dan pengeluaran setiap bulan.
Selain itu, sisihkan gaji untuk pos tabungan, dana darurat, investasi, dan asuransi. Ini yang sangat diperlukan agar keuangan stabil dan masa depan terjamin.

5. Tersaingi kondisi finansial orang lain yang lebih baik. Siapapun ingin punya keuangan yang mapan. Bila kondisi finansial orang lain, termasuk teman-teman lebih baik, tidak perlu 'baper'.
Cari tahu mengapa mereka memiliki keuangan yang oke. Apakah karena mereka mampu hidup hemat, punya penghasilan tambahan, atau justru diri sendiri yang salah dalam mengatur keuangan selama ini.
Fokus saja menata keuangan sendiri. Tidak usah sibuk mengurusi keuangan orang lain. Yang baik dicontoh, yang buruk dibuang jauh-jauh.


Cerdaslah dalam Mengatur Keuangan
Kondisi keuangan akan tetap sehat bila keuangan diatur dengan cerdas. Selain itu, hidup hemat menjadi kunci agar tidak ada ancaman bagi finansial.
Jika berhemat sudah dilakukan, tetapi belum cukup untuk mencapai tujuan keuangan, cari penghasilan tambahan. Dan belajar memulai investasi agar menghasilkan pemasukan yang lebih banyak.



Terverifikasi :
Project ini telah melewati proses verifikasi Family First Indonesia.
Kunjungan Lokasi :
Project Creator telah mengunjungi lokasi dan memiliki orang yang dapat dihubungi di lokasi tersebut.
Kunjungan Staff :
Team Family First Indonesia telah mengunjungi lokasi project ini.
Terhubung :
Penggalangan dana ini terhubung dengan yayasan (XXXXXX)