Sejak masa pandemi covid 19, pemerintah telah menetapkan kebijakan pembatasan sosial, juga mengubah sistem pembelajaran menjadi berbasis online dari rumah.
Bagi orang dewasa mungkin hal yang relatif lebih mudah untuk beradaptasi dengan perubahan dan pembatasan yang ada. Namun bagi anak-anak, apalagi yang masih balita, bukan hal yang mudah.
Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk menjaga kondisi mental anak-anak:
1. Menjelaskan fakta Covid-19 dengan cara dan bahasa yang mereka bisa mengerti. Cari tahu seberapa jauh anak merasakan perubahan dalam kesehariannya. Mulai jelaskan tentang mengapa perubahan yang dilakukan itu penting dan apa yang mungkin terjadi apabila perubahan yang dirasakan tidak dilakukan. Gunaka gaya bahasa yang positif dan tidak condong menakut-nakuti. Dalam memberi pengertian, pastikan fakta digunakan merupakan fakta dari sumber terpercaya, dan penting untuk mengolah fakta tersebut menggunakan kalimat sederhana yang gampang dicerna oleh si kecil. Tanamkan kepada anak untuk aktif bertanya, dan mencari tahu bersama apabila ada situasi tidak dipahami.
2. Bersikap semangat dan antusias. Anak sangat mudah dalam 'membaca' emosi orangtua dan lingkungan sekitarnya. Orangtua perlu tetap menjaga semangat dan antusiasme saat beraktivitas sehari-hari, karena sikap dan semangat tersebut akan 'ditangkap' oleh anak. Orangtua dapat menggunakan kesempatan untuk mengajarkan pentingnya kita ikut menjaga diri dari pandemi ini demi orang-orang di sekitar kita; bagaimana kita belajar untuk peduli dan menolong orang-orang di sekitar kita yang memerlukan. Hal ini akan melatih empati dan kepedulian anak, sehingga anak tidak menjadi egois dan egocentris.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan. Karena orangtua mengambil peran guru untuk si kecil, dan tanpa pengetahuan yang cukup, maka hal tersebut akan berdampak pada perkembangan dan emosi anak. Di saat seperti ini, orangtua dituntut untuk dapat menggunakan gadget, menjawab pertanyaan anak, dan menerapkan disiplin dalam rutinitas. Memang bukan hal mudah dilakukan, namun sangat diperlukan. Anda bisa mengikuti seminar-seminar parenting secara online yang banyak diadakan, juga acara-acara talkshow live di berbagai media sosial, yang dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan Anda.
4. Banyak melakukan aktivitas bersama. Dengan adanya pembatasan sosialini, interaksi sosial anak menjadi sangat minim dan terbatas; namun sebaliknya relasi dan interaksi utama anak bersama orang-tuanya menjadi sangat penting. Gunakanlah kesempatan ini untuk melakukan kegiatan positif bersama, seperti story telling, gerakan tarian dan nyanyian, memulai kegiatan seni, atau bahkan bisa mencoba hal hal baru seperti masak bersama dan belajar bercocok tanam. Meski banyak kegiatan yang tidak dapat dilakukan di saat pandemi ini, namun kalau kita mau eksplorasi, lebih banyak lagi hal yang dapat dilakukan bersama anak.
5. Bijak menggunakan gadget. Sering sekali keberadaan gadget menjadi penyelamat orangtua di saat menghadapi anak, namun penggunaan gadget berlebihan dan tanpa pengawasan memiliki dampak yang lebih buruk dalam perkembangan anak. Tetapkan batas penggunaan gadget, dan pastikan ada orang dewasa mengawasi anak selama online. Perbanyak aktvitas non-gadget bersama anak, agar anak tidak selalu terfokus kepada gadgetnya.
6. Libatkan anak dalam melakukan relasi dengan saudara, atau teman sebayanya. Dale F. Hay, Phd dari Cardiff University, Inggris, menyatakan bahwa interaksi teman sebaya (peer relations) sangat penting dalam pembangunan karakter, perkembangan emosi dan mental anak. Memang di masa pembatasan fisik ini, menjadi tantangan sendiri untuk adanya interaksi teman sebaya anak, namun hal ini perlu diperhatikan karena di masa-masa pertumbuhannya, interaksi yang didominasi hanya dengan orang dewasa memiliki dampak negatif. Gunakan kesempatan yang ada untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Anak pada awalnya akan memerlukan waktu beradaptasi dengan cara komunikasi online, orangtua bisa membantu dan memberi contoh. Anda bisa hubungkan dengan menggunakan video call, atau aplikasi meeting online yang ada, untuk membantu anak tetap berinteraksi dengan saudara, teman, khususnya yang sebaya dengannya.
Dengan beberapa kiat diatas, diharapkan orangtua bukan hanya menjaga kesehatan fisik si kecil, namun juga memastikan perkembangan anak stabil secara mental dan emosi, meskipun banyak perubahan yang terjadi dalam keseharian.